Sudah selesai.
Tiga puluh delapan laga Liga Inggris selesai.
Perjalanan musim kali ini menggambarkan misteri kehidupan.
Bagi fans Liverpool, inilah musim yang penuh guncangan. Naik turun bak roller coaster.
Dari cederanya sang palang pintu utama, Virgil Van Dijk, saat kompetisi belum masuk separuh musim.
Dari skor aneh kalah 2-7 dari Aston Villa, lalu menang 7-0 atas Crystal Palace.
Dari kondisi puncak di Natal dan Tahun Baru tapi kemudian terlempar dari zona Liga Champions usai enam kali njebluk di Anfield.
Dari rekor ciamik tak terkalahkan di 10 laga terakhir. Meraih 26 poin dari maksimal 30 angka. Termasuk kemenangan tak terlupa di rumah Manchester United dan gol dramatis kiper Alisson ke jala West Brom. Poin akhir 69, dua angka di atas Chelsea yang secara tak terduga kalah 1-2 dari Aston Villa di match terakhir. Satu-satunya gameweek yang dilangsungkan secara serentak dari 38 laga sepanjang musim.
Ada penggemar Liverpool berkata,
“Seandainya saja saya tahu Liverpool akan ada di posisi tiga besar pada akhirnya, tentu saya tak akan deg-degan sepanjang musim.”
Tapi, itulah misteri. Kita, para pendukung Liverpool, tak tahu apa yang terjadi, sampai semua benar-benar terjadi. Sebagaimana kita tetap menunggu musim demi musim pada rentang 2006-2009 meski pada tiga season itu Manchester United sukses mencatat hattrick juara. Kita tetap mengikuti jalannya liga nan panjang, karena kita tak tahu hasil akhirnya akan semenyakitkan itu.
Pun demikian seandainya kita sudah tahu, bahwa pada 2040 kita akan sukses dengan kekayaan sekian, karir begini, kehidupan keluarga akan seindah itu, mungkin kita tak akan sekhawatir sekarang.
Tapi, ya inlah hidup. Yang bisa kita lakukan adalah ‘believe’, dan bekerja keras. Selalu mengimani visi ‘hasil tak akan mengkhianati proses’.
Di tengah jalan menuju sukses yang sudah tergambarkan itu, sangat mungkin terjadi ‘kecelakaan’. Bisa saja potensi terbesar dalam diri kita tiba-tiba ditabrak kiper pesaing. Pada kondisi seperti itu, yang bisa kita lakukan adalah tetap tenang, dan mencoba bangkit dengan sumber daya yang ada.
23 Mei 2021 juga menjadi malam perpisahan bagi Georginio Gregion Emile Wijnaldum setelah lima tahun bergabung dengan Liverpool sejak 22 Juli 2016. Sebelumnya, ia hanya setahun bergabung dengan Newcastle United-nya Rafa Benitez dengan transfer senilai 14,5 juta poundsterling dari PSV.
Dalam musim pertamanya di Inggris, Gini sang pemain tengah justru menjadi pencetak gol terbanyak Newcastle dengan 11 gol. Sayang, tim yang diperkuatnya terperosok ke jurang relegasi.
Pada percakapan fiktif kita membayangkannya.
“Bos, gua cabut. Percuma main bagus, tapi tim degradasi,” kata Gini.
“Wah, janganlah. Saya berharap kamu menemani kami di Liga Championship. Kita kembali ke EPL musim depan bareng-bareng. Tapi, omong-omong, loe mau cabut ke mana?” tanya Rafa.
“Liverpoool,” jawab Gini.
“Oh, kalau ke sana, boleh deh. Silakan. Goodluck. All the best,” kata Rafa, yang diam-diam menyimpan harapan agar Liverpool kembali mengontraknya sebagai manajer.
Rafa masih punya rumah di Liverpool, anaknya masih sekolah di sana. Ia getun setengah hidup kala Kenny Dalglish diganti, tapi manajemen FSG tak menghubunginya. Justru Brendan Rodgers yang masuk.
“Itu merupakan sesuatu yang aneh saya tidak mendapat tawaran dari Liverpool. Kami tahu kondisi klub, para pemain, akademi dan kami memiliki pengalaman bahkan lebih sekarang ini. para fans Liverpool juga menyambut baik ide ini,” kata Benitez dikutip Irish Independent, September 2012.
Dan demikianlah, Liverpool membeli pria Belanda dengan ayah dan ibu bergaris keturunan Suriname itu seharga 23 juta pounds plus 2 juta pounds klausul bonus tambahan. Lima musim di Liverpool, 176 kali main dan total 16 gol.
Banyak yang bilang momen terbaik bersama Liverpool terjadi ketika Gini mencetak dua gol dalam comeback ajaib 4-0 melibas Barcelona di Anfield. Atau gol tunggalnya ketika di hari terakhir 2016 The Reds menaklukkan Manchester City.
Tapi, jangan juga lupakan pertandingan terakhir EPL di musim pertama Gini bersama Liverpool. 21 Mei 2017, Sebagaimana partai melawan Crystal Palace di ujung musim 2020/2021, empat tahun lalu Liverpool perlu kepastian di hari terakhir untuk memastikan posisi keempat EPL menuju play-off Liga Champions.
Setelah berjuang hampir setengah main kesulitan mencetak gol menjamu Middlesbrough, gol Gini memecah kebuntuan di menit 45+1. Di babak kedua, Phil Coutinho dan Adam Lallana menyempurnakan kemenangan jadi 3-0. Liverpool pun menuju ke Liga Champions lewat jalur kualifikasi ronde tiga, yang kita tahu kemudian membawa Mo Salah dkk ke final di Stadion Olympyskiy, Kiev.
Lima tahun berselang, tak ada kesepakatan kontrak baru kala umur Gini memasuki 30 tahun. Yang satu mau kontrak jangka panjang, dengan naik gaji tentunya. Sementara pihak klub belum sepakat dengan itu.
Pada kebimbangan melanda, datanglah Ronald Koeman, legenda Belanda yang membesut Barcelona, menawari Gini untuk menemaninya di Nou Camp pada musim depan. Deal done. Gini pergi dalam status bebas transfer.
Arsitek Liverpoool, Jurgen Klopp memberi testimoni perpisahan nan amat menyentuh.
“Gini Wijnaldum. Seorang legenda LFC sekarang dan selamanya.”
“Dia adalah arsitek untuk kesuksesan kami. Kami membangun Liverpool yang seperti sekarang ini dengan kaki, paru-paru, otak, dan hatinya yang besar serta indah.”
“Jika dia pergi, dia melakukannya karena tahu kami sebagai rekan satu timnya sangat berterima kasih karena karena pernah memiliki manusia istimewa sepertinya datang ke dalam hidup kami.”
“Saya mencintainya, dan dia akan selalu menjadi keluarga kami,” tegas Klopp tentang pemain no-5, kapten keempat dalam urutan pemain Liverpool saat ini setelah Hendo, Millner dan Van Dijk.
Ya sudah, itulah hidup. Dankjewel, terima kasih Gini Wijnaldum.
Konon, orang Belanda tak suka bilang selamat tinggal atau goodbye. Dalam situasi perpisahan, mereka lebih suka berkata ‘tot ziens’. ‘Tot’ artinya ‘until’, zien maknanya: to see. Sampai jumpa lagi alias see you again, Gini.
Demikianlah, karena hidup ini adalah misteri, kita hanya bisa mencoba melakukan doa dan usaha optimal. Selamat melanjutkan kehidupan. Mari berjuang yang terbaik, sembari memiliki gambaran visi jelas bahwa semua akan berakhir indah di ujung season hidup kita.
“And all will end well.”
Seperti ditayangkan di