Christian Sugiono: Skill Adaptasi, Modal Penting di era Perubahan

Di saat banyak hal mengalami perubahan di masa pandemi, termasuk bekerja dan studi yang semula dilakukan dari kantor maupun sekolah kini dijalankan di rumah, ada satu keterampilan penting untuk dimiliki. Skill itu adalah kemampuan untuk beradaptasi. Situasi yang cepat berubah saat ini harus kita manfaatkan untuk mendapatkan peluang semakin mengembangkan diri.

Pesan itu disampaikan selebritas Christian Sugiono saat menjadi bintang tamu Live Instagram Kartu Prakerja, Rabu, 11 Agustus 2021. Perbincangan satu jam bertajuk ‘#TangguhBertumbuh bersama Kartu Prakerja dan Christian Sugiono’ ini dipandu presenter televisi Yohana Margaretha.

“Perubahan membuka peluang kita mengetahui potensi diri dan memahaminya untuk bertumbuh dan berkembang di sisi mana,” kata aktor kelahiran Jakarta, 25 Februari 1981 ini.

Tian, begitu sapaan akrabnya, mengungkap kisah nyata seorang kawan yang awalnya bekerja di bank, tapi kemudian dirumahkan sebagai dampak pandemi.

“Bagi dia, awalnya kenyataan ini unfortunate, tidak menguntungkan. Tapi, karena perubahan ini, dia dituntut untuk beradaptasi. Sampai kemudian berjualan kue dari rumah, sukses, dan memiliki pendapatan lebih daripada saat jadi karyawan,” ungkapnya.
Tian menekankan, ketika kita terlalu nyaman dengan satu skill, kita berada di ‘comfort zone’.

“Pada zona nyaman ini, kita tak bisa mengembangkan potensi diri kita sesungguhnya. Di sinilah perlunya skill untuk beradaptasi, yang awalnya tidak ketahuan kalau tak dihadapkan pada perubahan,” jelas suami artis Titi Kamal itu.

Bagi Tian, segala sesuatu yang membuat kita nyaman akan membuat kita susah berkembang.

“Ketika Anda berada di zona itu-itu saja, Anda hanya berkembang di sebatas itu. Ibarat ikan, kalau ia hanya berada di kotak sebesar akuarium, ya ia akan berenang sejauh itu. Beda kalau misalnya ia masuk ke lautan luas, kemampuannya bisa jauh berkembang,” kata Tian beranologi.

Ayah dua anak ini membenarkan bahwa tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan dan ketenangan.

“Tapi bicara dari konteks dan perspektif perkembangan manusia sesuai potensinya, berada di zona nyaman akan menghambat potensi diri yang mungkin belum kita tahu,” jelasnya,

Tian menceritakan masa-masa perjuangannya di Jerman. Tak lagi dapat kiriman uang dari tanah air, ia sempat bekerja apa saja, termasuk di restoran yang menempatkannya sebagai cleaning service di toilet dan dapur.

“Di sana digaji 6 euro per jam, bisa bekerja hingga 10 jam per hari. Lumayanlah untuk biaya hidup di sana,” kenangnya.

Tangguh dan Tumbuh dalam versi Tian juga berarti kita siap untuk bangkit saat gagal.

“Syukurilah saat kita mengalami kegagalan ketika masih muda. Bukan gagal saat perusahaan kita sudah begitu besar,” katanya.

Mengalami kegagalan saat usaha masih kecil membuat kerugian kita tak terlampau besar secara materi. Sebaliknya, ketika kita menghadapi sebuah tantangan, ingatlah kita pernah berhasil, sekecil apapun itu.

Pentingnya skill bekerjasama
Tian mengingatkan, seberapapun hebat keterampilan yang kita miliki, penting untuk memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

“Ketika kita punya skill sangat hebat, tapi tak bisa bekerjasama dengan orang lain, keterampilan itu tak ada gunanya,” ingatnya.

Selain hardskill dalam keterampilan utama yang kita miliki, penting untuk memiliki ‘soft skill’ seperti komunikasi, teamwork, self respect, dan respect to others.

“Soft skill seperti itu harus kita pelajari sebagai pelengkap dari skill kita sebenarnya. Soft skill sangat berguna untuk memaksimalkan potensi diri kita,” kata pria yang sudah jatuh bangun sebagai pengusaha di berbagai bidang sejak pulang ke Indonesia pada 2007.

Tian mengingatkan, jika ingin maksimal, kita tak bisa bergerak sendirian. “Ada ungkapan ‘If you want to walk fast, walk alone. But if you want to walk far, walk together.’ Kalau mau cepat, kita jalan sendirian. Tapi kalau mau jalan jauh, harus ada tim,” terangnya.

Bintang film Jomblo, Jakarta Undercover dan Ada Apa dengan Cinta 2 ini menekankan pentingnya bekerja dengan ‘passion’.

“Passion adalah sesuatu yang kamu mau kerjakan seumur hidup kamu dan kamu tidak akan merasa capek. Dalam bekerja sesuai passion, ketika kamu capek, kamu akan merasa mendapat energi lagi,” urainya.

Bertahun-tahun ia mencari passion dirinya, termasuk sebagai pemusik, dan lain-lain. “Ternyata musik adalah hobby, tapi bukan passion saya,” kata pria yang piawai bermain gitar ini.

Menurutnya, passion bisa berangkat dari hobby, tapi energinya kemudian terus membuat kita berkobar-kobar.

“Passion membuat kita konsisten dan betah untuk menggeluti pekerjaan itu,” katanya.

Di akhir perbincangan, Tian mengingatkan kita untuk menjalani hidup sesuai tuntunan spiritualitas kita.

“Mungkin Anda saat ini menjadi driver ojek online atau kurir dan merasa pekerjaan ini tak memiliki gengsi tinggi. Tapi, bisa jadi Anda tak tahu bahwa pekerjaan itu sudah dirancang untuk membuat jalan hidup kita lebih baik. Jalankan hidup sesuai tuntunan dalam diri kita. Pahami God’s feeling,” urainya bijak.

Tian menyatakan bahwa kita harus memiliki keyakinan bahwa hidup kita dituntun oleh Sang Pencipta.

“Ada rancangan agung dalam jalan hidup kita. Di sinilah kita kadang tak bisa semata memakai rasionalitas, menilai pekerjaan berdasar uang dan lain-lain. Jalani hidup dengan keyakinan, kepasrahan, dan ketawakalan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.