Kiat Sukses ABC Merry Riana Hadapi ABC di Masa Pandemi

Dalam masa sulit seperti berhadapan dengan pandemi Covid-19 selama 1,5 tahun lebih, banyak orang bersikap ABC. A artinya banyak marah alias ‘Angry’, B yaitu ‘Blaming’ banyak menyalahkan keadaan dan orang lain, serta C yakni ‘Complaining’ sebagai sifat terus menerus mengeluh.

Fakta menarik itu disampaikan motivator, pembicara publik nsekaligus pengusaha, Merry Riana, saat menjadi narasumber Live Instagram ‘Kampung Agustusan Prakerja, 7 Inspirasi dalam 7 Hari’ bertama ‘Tangguh Bertumbuh bersama Kartu Prakerja’, Minggu, 15 Agustus 2021.

Merry punya kiat khusus menghadapi tipikal individu dengan ‘ABC’ negatif itu.

“Kita harus melawan dengan ABC lain. Attitude, Believe, dan Choice,” kata perempuan kelahiran 29 Mei 1980 ini.

Attitude artinya punya sikap positif dan optimis. Believe artinya punya kepercayaan kepada Tuhan dan juga percaya diri bisa mengatasi semua kesulitan ini. Choice berarti tenang, karena dalam kesusahan pun kita masih punya banyak pilihan dalam hidup.

“Ubah pola pikir. Jangan merasa tidak bisa dan menganggap diri sebagai korban. Tanamkan bahwa kita mampu,” ungkapnya.

Merry Riana menggarisbawahi, dalam hidup ini banyak pertanyaan yang tak ada jawabannyam, tapi kita selalu punya pilihan.

“Termasuk di masa pandemi ini. Pilihan untuk terus rebahan saja, atau bergerak?” tantangnya.

Penulis buku ‘A Gift From A Friend’ itu mengakui, sebagai seorang pengusaha, ia merasa pandemi ini membawa dampak yang sangat besar. Termasuk bagaimana ia menjaga kelangsungan bisnis dengan para karyawannya.

Namun, Merry menekankan, kesulitan ini bukanlah krisis pertama yang dialaminya. Juga bukan krisis pertama yang dialami bangsa kita.

“Sebelum pandemi ini, kita pun sudah pernah merasakan masa-masa sulit dalam hidup. Mungkin itu krisis keuangan, krisis percintaan dan lain-lain. Kita harus tunjukkan, bahwa di masa seperti ini, kita bukan sekadar survivor, tapi fighter,” ungkapnya.

Merry juga mengingatkan agar tidak terjebak pada sifat ‘C’ yang lain, yaitu ‘comparing’ alias selalu membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Dari situ kemudian muncul demotivasi. Mau berkembang pun jadi banyak alasan. Tidak mau baca buku karena beralasan kebanyakan teori. Tak mau buka usaha, alasannya tidak punya modal. Tak mau menabung, alasannya banyak pengeluaran. Merasa tidak sukses, alasannya sudah nasibnya begitu.

“Jangan lagi berlindung di balik alasan. Cari jalan. Bangkit, lakukan saja,” ajak Merry.

Merry mengenang, pada 1998 ia berangkat ke Singapura untuk sekolah karena terpaksa dengan keadaan. Krisis politik memaksanya pergi, meski ia ingin kuliah di Universitas Trisakti.

Di tengah kuliah, kiriman uang dari tanah air tersendat akibat krisis ekonomi. Ia pun bekerja keras dengan satu motif: membayar utang biaya pendidikannya.

“Pada saat-saat itu, saya pun kerap mengalami kegagalan. Mencoba berbagai hal tapi tak ada hasilnya. Tapi, saya tidak pernah membiarkan suara-suara negatif menutupi saya. Saya percaya, kerja keras pasti membuahkan hasil,” kenang lulusan jurusan Electrical and Electronics Engineering Universitas Teknologi Nanyang ini.

Dalam kegagalan, Merry mengingat bahwa kadang jawabannya tak hanya ‘try more’, tapi ‘trust more’. Percaya kepada Tuhan atas semua hal yang sudah dikerjakan.

“Kalau mindset kita benar, tak ada yang namanya kegagalan. Yang ada adalah pembelajaran. Kalau kamu selamanya takut, maka kamu tidak akan pernah berhasil,” ungkapnya.

Perempuan yang kisah hidupnya difilmkan pada 2014 berjudul ‘Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar’ ini menggarisbawahi, musuh dari kesuksesan bukan kegagalan, tapi keraguan dan ketakutan untuk mencoba.

Lingkungan yang mendukung

Merry pun mengingatkan, jangan berada pada lingkungan yang memberi toxic atau nuansa negatif.

“Bergaullah dengan orang-orang baik, yang saling memberi semangat,” tegasnya.

Bagaimana dengan peluang dan kesempatan di masa susah seperti pandemi ini?

Merry menyatakan, bicara tentang peluang, semua kembali ke pola pikir atau mindset kita. Realistis saja. Dalam kondisi seperti ini, banyak orang berusaha mencari-cari peluang.

“Yang paling penting sekarang bukan bagaimana mencari peluang itu, tapi bagaimana kamu harus memperbesar kapasitasmu. Misalnya saat ini ada investor di depanmu, apakah kamu yakin bisa memiliki kapasitas untuk meyakinkan dia agar menanamkan modalnya dalam business planmu?” urainya.

Untuk memperbesar kapasitas diri, tak ada jalan lain kecuali dengan mengupgrade kemampuan diri kita. “Pantaskan dirimu dengan tingkatkan keterampilan. Miliki pikiran terbuka bahwa kita mampu,” kata pemenang Indonesian Choice Awards 2016 kategori ‘Creative and Innovative Person of The Year’ itu.

Ada kalanya dalam hidup ini, layaknya komputer, kita merasa stres sehingga harus direset. Seperti memperlakukan komputer saat ‘hang’, ada tiga kunci yang harus dipecet bersamaan: Ctrl, Alt, Del.

Begitu pun dalam hidup ini.

“Dalam hidup ini ada hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak. Ctrl atau Kontrol artinya kendalikan apa yang bis akita kendalikan dalam hidup ini. Kalau ada yang tidak bisa kita kendalikan, relakanlah,” katanya.

 

Sementara itu, ‘Alt’ atau Alternative, artinya, kalau saat ini kita gagal dan belum berhasil, masih ada cara lain. “Kalau misalnya kita gagal jualan di Instagram, coba dipikirkan, apakah copywritingnya harus diubah,” ungkapnya.

Kunci terahir yakni ‘Del’ atau Delete.

“Delete atau hapus jauh-jauh pikiran negatif. Kebiasaan buruk yang suka menunda dan sebagainya. Itu cara saya merestart ulang hidup saya,” tukasnya.

Di akhir sesi, Merry berbagi, bahwa untuk sukses kita harus ‘Kepo’ dan ‘Utang’.

Kepo artinya ‘KEnali POtensi’.

“Setiap dari kamu pasti punya potensi. Potensi kecerdasan itu tak hanya dalam hal berhitung. Mungkin kecerdasan dalam bahasa atau kecerdasan fisik,” tuturnya.

Sementara itu, Utang berarti ‘Unggul dan Tangguh’.

“Unggul artinya miliki mindset sebagai pemenang. Terus belajar mengasah keterampilan, karena bakat saja tidak cukup. Harus ditambah dengan keterampilan,” ungkapnya.

Sementara itu, tangguh artinya, meski kadang merasa hidup ini tak adil, kita harus terus menjalaninya dengan sungguh-sungguh,

“Ingat pesan tokoh revolusioner kita, Tan Malaka: terbentur terbentur terbentur, baru kemudian kita akan terbentuk,” pungkas figur publik berjuluk ‘Wanita Sejuta Dollar’ ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.