Bukan kali pertama saya menginjak Pulau Lombok. Ini kali keempat.
April 2017, mengisi pelatihan jurnalistik Badan Ekonomi Kreatif di Hotel Holiday Resort, Senggigi, Lombok Barat.
April 2018, mendampingi Kepala Staf Kepresidenan dalam sebuah forum bertema ‘Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas’ di Aston, Mataram.
November 2019, mengikuti sebuah panen tembakau di Lombok Timur. Menginap di Santika, Mataram.
Hampir setiap tahun ke Lombok, terhenti kala 2020 pandemi mengamuk, kali ini beruntung bisa kembali menginjakkan kaki di Nusa Tenggara Barat. Hotel Novotel, Mandalika menjadi tujuan, sekaligus melihat lebih dekat magnet baru pariwisata Indonesia ini.
Konon sejarah pantai indah itu bermula ketika Putri Mandalika, anak raja berparas cantik jelita memikat para pemuda dan pangeran untuk melamarnya.
Putri Mandalika hanya ingin melihat ketentraman dan kedamaian di Pulau Lombok tanpa adanya sedikitpun perpecahan di dalamnya. Sang Putri menyadari jika ia menerima satu atau sebagian lamaran akan terjadi perpecahan atau perselisihan diantara mereka yang tidak ia terima.
Untuk itu sang Putri berencana menerima semua lamaran yang ditujukan kepadanya. Serentak seluruh tamu undangan yang terdapat di pantai tersebut bingung dengan perkataan Putri Mandalika.
Tiba-tiba sang Putri menjatuhkan dirinya ke dalam laut dan seketika hanyut ditelan ombak. Para rakyat dengan sigap menceburkan diri ke laut untuk menyelamatkan Putri Mandalika. Tetapi sang Putri hilang tanpa ada tanda-tanda sedikitpun.
Tak lama kemudian muncul binatang kecil-kecil yang yang sangat banyak dari laut. Binatang tersebut ternyata sebuah cacing panjang yang kemudian cacing tersebut diberi nama nyale dan dipercaya oleh masyarakat bahwa cacing tersebut merupakan jelmaan Putri Mandalila.
Di kemudian hari berkembang sebuah upacara adat ‘Nyale’ yang menjadi tradisi masyarakat Lombok. Tradisi ini dilakukan setahun sekali pada sekitar bulan Februari – Maret.
Sport Tourisme di Destinasi Super Prioritas
Dari 10 Bali Baru, Presiden Jokowi akhirnya menetapkan lima Destinasi Wisata Super Prioritas, yakni Borobudur Jawa Tengah, Danau Toba Sumatera Utara, Likupang Sulawesi Utara, Mandalika NTB dan Labuan Bajo NTT.
“Mandalika, kawasan pantai yang indah di Lombok, kian menggeliat maju. Mandalika dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus dan sirkuit untuk lomba balap tingkat dunia MotoGP dibangun di sana,” kata Jokowi dalam posting di media sosialnya.
Tidak hanya itu, dia menambahkan, Mandalika juga sudah terkoneksi. Dia mengatakan hal tersebut didukung dengan infrastruktur teknologi yang dihadirkan pemerintah. Salah satunya pada fasilitas internet kini bisa menjangkau seluruh masyarakat mulai dari pengusaha hingga anak-anak untuk bersekolah.
“Akses internet cepat pun kini menjangkau Mandalika yang disambut gembira semua orang, dari pengusaha, pegiat pariwisata, sampai anak-anak sekolah,” ungkapnya.
Benar, surga tersembunyi bernama Mandalika, kawasan pantai di Lombok Tengah, ini selain menawarkan pesona alam nan indah, juga mengembangkan diri sebagai spot ‘sport tourism’, terutama dengan adanya sirkuit balap motor yang dibangun di situ.
Setidaknya, empat event besar menanti digelar di sirkuit bernama resmi ‘Pertamina Mandalika International Street Circuit dengan lintasan sepanjang 4,31 kilometer ini: Asia Talent Cup: 12-14 November 2021, World Superbike: 19-21 November 2021, Tes Pramusim MotoGP 2022: 11-13 Februari 2021 dan Seri Kedua MotoGP 2022: 18-20 Maret tahun depan.
Pebalap MotoGP asal Italia, Francesco Bagnaia, berharap balapan di Sirkuit Mandalika itu bisa benar-benar digelar dan menyapa seluruh fans MotoGP di Indonesia. Karenanya, sebagai tolak ukur, Bagnaia akan mengacu pada Kejuaraan Superbike (WSBK) yang akan digelar pada November 2021 mendatang.
“Akan menyenangkan, tetapi kita harus melihat apakah kita bisa pergi ke beberapa balapan seperti Malaysia, Jepang dan Australia atau bahkan Indonesia,” kata Bagnaia.
Datanglah ke Lombok, nikmati aneka kuliner di sana, yang menggambarkan pula nama-nama desa lokal pemasoknya: Ayam Taliwang, dari Kampung Karang Taliwang, Cakranegara, Mataram, berupa ayam kampung muda yang dibakar kemudian dibumbui dengan semacam saus dari cabai merah kering, bawang merah, bawang putih, tomat, terasi goreng, kencur, gula merah, dan garam disertai plecing kangkung.
Ada juga Nasi Balap Puyung, saya menikmatinya sembari kepedasan di sebuah restoran di Bandara Internasional Lombok Praya. Sesuai namanya, Nasi Balap Puyung berasal dari Kampung Puyung di Dusun Lingkung Daye, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah. Sajian nasi balap ini sebenarnya sederhana, yaitu seporsi nasi putih dengan suwiran daging ayam bumbu pedas, kedelai goreng, plus sambal khas yang disajikan di atas daun pisang. Sementara, kering kentang, oseng buncis, dan telur juga kerap hadir sebagai pelengkap.
Sesaat sebelum meninggalkan Lombok, saya tertegun. Ada Pak Gubernur Indonesia.. eh Gubernur Jakarta tebar pesona. Sebuah baliho besar bergambar Anies dengan slogan tiga kata -yang ternyata empat kata- terpasang di kawasan Cakranegara, Mataram. Beda seminggu sebelum Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies) mendeklrasikan dukungan Anies Baswedan 4 Presiden. Lombok menjadi yang terdepan dalam hal ini…
See u again, NTB!