Hari Kelima Tertempel Om Ikron: Covid-19 Will Return, But The Pandemic Will Not

Yakinkah, bahwa varian baru Covid-19 memang ada, tapi pandemi akan berakhir.

Dalam pengertiannya, pandemi adalah wabah penyakit yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas. Pandemi merupakan epidemi yang menyebar hampir di seluruh negara atau benua, biasanya mengenai banyak orang. Contoh penyakit yang menjadi pandemi adalah Coronavirus disease 2019

Dua tahapan di bawahnya adalah endemi dan epidemi.

Endemi adalah penyakit yang berjangkit di suatu daerah atau pada suatu golongan masyarakat. Endemi merupakan keadaan atau kemunculan suatu penyakit yang konstan atau penyakit tersebut biasa ada di dalam suatu populasi atau area geografis tertentu. Contoh penyakit endemi di Indonesia adalah malaria dan demam berdarah dengue (DBD).

Sedangkan epidemi adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban. Peningkatan angka penyakit di atas normal yang biasanya terjadi secara tiba-tiba pada populasi suatu di area geografis tertentu. Contoh penyakit yang pernah menjadi epidemi adalah virus Ebola di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada 2019, Avian Influenza/flu burung (H5N1) di Indonesia pada 2012, dan SARS di 2003.

Virus Corona terus bermutasi, dengan yang terbaru kini disebut sebagai omicron. Namun, kita yakini bahwa mutasi ini merupakan bagian akhir dari pandemi. Penyakit dan virusnya mungkin akan terus ada di dunia ini, tapi levelnya bukan sebagai wabah yang tersebar luas.

Mantan Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari sempat menjadi sorotan. Akhir tahun lalu, ia mengomentari kemunculan varian Omicron melalui video yang dipublikasikan di kanal YouTube Realita TV. Dalam video ini, Siti menyebut varian Omicron yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan ini terlalu dibesar-besarkan, dan hanya membuat masyarakat ketakutan.

“Omicron itu karena mutasi dari sedikit protein, tetapi strain-nya tetap yang lama, yang berubah sifatnya adalah yang ada di ujung protein itu. Nah, kemudian didramatisasi gitu kayaknya, (sampai dikatakan) mati lo kalau kena Omicron,” ujarnya.

Di samping itu, Siti juga mengatakan jika virus mudah menyebar, maka dampak yang ditimbulkan akan semakin ringan. “Sifat virus memang begitu, kalau cepat menular seperti flu keganasannya rendah. Tetapi kalau semakin ganas, dia semakin sulit untuk menular,” demikian kata Siti dalam keterangannya.

Ungkapan Siti Fadilah memancing komentar banyak pihak. Terutama karena kesan meremehkan yang timbul dari pernyataan itu. Tapi, ada benarnya juga, tingkat kematian dan bahaya dari varian ini, tidak seberbahaya Covid-19 versi Alpha, Beta, dan Delta.

Saya menjalani isolasi atau karantina mandiri hari kelima. Pagi tadi, baru tes antigen lagi, masih positif. Mungkin saja masih terlalu cepat ya untuk tes lagi sejak cek pertama pada Selasa, 25 Januari 2022. Tapi, syukurlah, faktanya, badan saya baik-baik saja. Tidak ada masalah pernafasan, sesak nafas, ngilu dan lain sebagainya.

Jurnal Lancet

Menarik juga saat seorang kawan berbagi Jurnal Ilmiah The Lancet yang bisa diunduh di https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)00100-3/fulltext.

Bagian akhir jurnal itu menyebut, “Dampak penularan SARS-CoV-2 di masa depan terhadap kesehatan akan berkurang karena paparan virus sebelumnya yang luas, vaksin yang secara teratur disesuaikan dengan antigen atau varian baru, munculnya antivirus, dan pengetahuan bahwa mereka yang rentan dapat melindungi diri mereka sendiri.  Menghadapi gelombang berikutnya, sangat penggunaan masker berkualitas tinggi dan jaga jarak secara fisik.  COVID-19 akan menjadi penyakit berulang lain yang harus dikelola oleh sistem kesehatan dan masyarakat.

Jumlah kematian akibat omicron tampaknya serupa di sebagian besar negara dengan tingkat musim influenza yang buruk di negara-negara belahan bumi utara. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memperkirakan musim influenza yang lebih buruk selama dekade terakhir pada 2017–18 menyebabkan sekitar 52.000 kematian akibat influenza dengan kemungkinan puncak lebih dari 1.500 kematian per hari.” Jadi, varian ini akan menjadikan Covid-19 sebagai sebuah penyakit biasa. Yang terus berulang sebagaimana dialami sebelumnya.”

Kesimpulan tulisan itu: The era of extraordinary measures by government and societies to control SARS-CoV-2 transmission will be over. After the omicron wave, COVID-19 will return but the pandemic will not.

Leave a Reply

Your email address will not be published.