Tiga sineas muda Indonesia berbagi cerita tentang perhelatan ‘Kompetisi Film Pendek Kartu Prakerja’ yang digelar dari 14-27 Februari 2022. Pada lomba ini, setiap peserta mengirimkan sinopsis atau rangkuman bakal film yang akan dibuat serta memasukkannya dalam google form panitia.
“Dari begitu banyak rancangan ide cerita yang masuk, para juri akan menyeleksi hingga 20 besar peserta untuk hadir dalam presentasi secara daring. Sepuluh peserta terbaik mendapat kesempatan hadir di PrakerjaFest sekaligus workshop pembuatan film di Jakarta,” kata Adhyatmika, salah seorang anggota dewan juri Kompetisi Film Pendek Kartu Prakerja dalam ‘Ngobrol Santai Live Instagram @prakerja.go.id, Senin, 21 Febriuari 2022.
Dimoderatori Agi Anyndhita dari Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Adhyatmika menjadi narasumber Live IG bersama dua sutradara muda lain yang juga menjadi juri kompetisi ini yakni Riza Pahlevi dan Rein Maychelson.
Lomba film pendek dengan durasi 5-7 menit ini mengambil tema Kartu Prakerja, Dari Tidak Tahu menjadi Tahu, Dari Tidak Bisa menjadi Bisa”. Kriteria penilaian dari ide cerita tentang Kartu Prakerja ini antara lain dari sisi ‘Posibilitas’ (kemungkinan dari segi teknis dan man power), ‘Kreativitas’ (keunikan, originalitas, storytelling), serta Relatability (sesuai tema atau tidak),
“Dari serangkaian acara, mulai dari pengajuan sinopsis hingga workshop inkubasi ini kami berharap teman-teman peserta juga mendapat ilmu dan pengalaman cara belajar membuat film itu seperti apa,” jelas lulusan Lasalle College of The Arts, Singapura, ini.
Adhyatmika menjelaskan, dalam sebuah film intinya harus menjelaskan lima hal, yakni penonton bisa tahu ‘dia siapa’, ‘apa yang dia mau‘, ‘apa yang terjadi dengan dia’, ‘apa yang dia lakukan untuk mendapatkan apa yang dia mau’ dan ‘bagaimana cerita itu berakhir’.
Bagaimana sebuah film pendek yang baik? Adhyatmika. Memberi catatan agar seorang filmmaker membuat cerita dari kisah personal dibawa ke masalah besar yang dialami banyak orang.
Terkait referensi untuk membuat sebuah cerita, yang paling mudah adalah melihat kehidupan sekitar kita. “Dari sebuah gosip, jadilah kisah menarik,” tutunya.
Selain itu referensi yang penting didapat dengan banyak membaca dan juga nonton film.
“Referensi yang dimaksud adalah jika ingin membuat film, kita inginnya seperti apa? Misalnya, seperti adegan dari komik, atau dari film lain, misalnya,” terangnya.
Adhyatmika mengungkapkan, ada satu kata kunci atau ‘magic word’ dalam membangun cerita, yakni ‘What If’. “Apa yang terjadi jika… Nah, dari situ jalan cerita bisa berubah di tengah jalan, asal pondasinya sudah jelas,” katanya.
Riza Pahlevi menjelaskan, yang dimaksud sinopsis adalah rangkuman atau alur cerita secara padat.
“Kalau kita harus bikin film pendek berdurasi tak sampai lima menit, maka sinopsisnya pun harus singkat saja. Maksimal tiga paragraf atau lima halaman,” ungkapnya.
Sutradara muda asal Yogyakarta yang melahirkan film pendek berjudul ‘Makmum’ itu memaparkan, dalam film dikenal istilah ‘dramatika babak’, yang berisi pengenalan, konflik, puncak konflik, hingga resolusi konflik.
“Diawali dari pengenalan tokoh yang kuat, lanjut masuk ke tujuan tokoh dalam film dan halangannya apa,” urainya.
Riza menerangkan, sebelum masuk ke sinopsis, para pembuat film biasa membuat ‘logline’ atau premis singkat tentang arah jalan cerita film. Ia mencontohkan kisah seorang siswa SD yang akan bersekolah namun menghadapi masalah ban sepedanya bocor.
“Dari situ kemudian masuk ke sinopsis, termasuk mengenalkan siswa itu namanya siapa, lanjut ke masalah dan pemecahannya. Jadi termasuk dalam submission ini, endingnya pun harus dijelaskan seperti apa,” tegasnya.
Riza menggarisbawahi, ia menyukai konsep film pendek yang unik dan berbeda. Mengutip artis Pandji Pragiwaksono, ia berujar, “Sedikit lebih beda itu lebih baik daripada sedikit lebih bagus.”
Masukan menarik datang dari Rein Maychaelson bahwa sebaiknya pembuatan sinopsis berangkat dari sudut pandang orang ketiga, bukan dari sudut pandang orang pertama.
“Kalau dari sudut pandang orang pertama, jadinya lebih ke curhat, bukan sinopsis sebagai sebuah cerita,” ungkap sutradara film pendek ‘Udin Telekomsel’ ini.
Rein mengingatkan, konsep film pendek di sini haruslah benar-benar format film pendek.
“Bukan film pendek yang dipanjangin. Mulai dari konflik dari karakternya, lalu ambil satu momen paling menonjol. Dari situ jadilah logline dan didetailkan jadi sinopsis,” urainya.
Selengkapnya bisa disaksikan di