Bayangkanlah, tapi ini nyata, kita punya malaikat di samping kita. Bisa kita ajak bicara. Bisa menunjukkan mana langkah yang benar dan salah. Bisa memberitahu mana kawan sejati dan penusuk dari belakang.
Di sela-sela karantina akibat tertempal varian Omicron alias ter-Covid untuk kali kedua, saya menemukan hiburan asyik. Sebuah film lawas sebenarnya. Tapi, platform nonton film online merekomendasikan film yang dibintangi Anthony Hopkins, Brad Pitt, dan Claire Forlani ini.
‘Meet Joe Black’, tayang di bioskop 24 tahun silam, pada 1998. Berkisah tentang pertemuan pengusaha kaya raya, Bill Parish, dengan ‘malaikat maut’ bernama Joe Black yang kemudian jadi sahabat sekaligus penyelamat bisnisnya dari ketamakan orang terdekat.
Awalnya, Bill merasa bahwa ia hidup tidak lama lagi dan mendapat halusinasi bahwa maut akan mengawalnya ke alam baka. Bill begitu menyayangi putrinya, Susan yang sedang menjalin hubungan ke arah lebih serius dengan orang kepercayaan Bill di bisnis. Ketika putrinya meminta nasihat singkat, Bill hanya berkata, “Terbukalah. Siapa yang tahu? Petir akan menyambar.”
Tak lama setelah mendengar nasihat ayahnya, Susan bertemu dengan seorang pemuda di kedai kopi dan dia langsung terpikat. Segera setelah pertemuan, dan tanpa sepengetahuannya, pemuda itu meninggal karena kecelakaan. Tubuh pemuda ini kemudian digunakan oleh malaikat maut dan mendatangi Bill di rumahnya. Tokoh yang kemudian diberi nama Joe Black ini meminta Bill untuk menjadi pemandunya di bumi.
Dengan alasan bahwa Bill memiliki “kompetensi, pengalaman, dan kebijaksanaan”, malaikat itu memilih dia dengan imbalan penundaan kematian. Maka, Bill pun bersedia menjadi pemandunya. Selama di bumi, malaikat maut mengubah kepribadiannya menjadi agak lembut, lebih manusiawi, sinis, dan angkuh hingga saatnya ia mengungkapkan siapa dia sebenarnya.
Malaikat ini kemudian menempatkan diri sebagai tangan kanan Bill dan tinggal di rumah Bill serta mengikutinya bekerja. Joe tegas memerintahkan Bill untuk tidak mengungkapkan siapa ia sesungguhnya. Di tempat kerja, para pemegang saham mendesak Bill agar mau melakukan merger dengan sebuah perusahaan yang lebih besar atas prakarsa Drew, tunangan Susan. Belakangan, Joe memberi advis berharga agar Bill menolak saran bernuansa penuh ketamakan dari orang terdekatnya dalam urusan bisnis itu.
Setelah rapat selesai, selagi Bill bekerja, Joe pergi keliling kota dan bertemu dengan Susan di rumah sakit, dan mengamati manusia yang mendekati ajal. Seorang pasien yang sekarat melihat dan mengetahui bahwa Joe adalah malaikat maut meminta untuk segera mencabut nyawanya. Cerita film ini berakhir dengan pesta ulang tahun dan dibawanya Bill kepada kematian serta dikembalikannya tubuh pemuda yang dipinjam sang malaikat maut.
Pelajaran dari film berdurasi 3 jam itu: menjadi menarik seandainya kita memiliki sahabat malaikat senyata Joe Black. Bisa diajak bicara. Bisa tahu mana tokoh yang benar-benar loyal atau menelikung. Serasa punya ‘bocoran’ dari sorga untuk tahu mana yang dilakukan dan tidak. Mana yang dipercaya atau dianggap sebagai bakal pengkhianat.
Sebuah kisah yang very nice. Padahal, untuk bisa mendapatkan tokoh seperti Joe Black itu, caranya tak susah. Tak usah menunggu maut mendekat. Cukupkah hidup makin dekat pada Sang Pencipta, hari ke hari. Maka, keberuntungan dan keberhasilan, serta ‘bisikan-bisikan ilahi’ akan terus datang.
Mari, kita lanjutkan kehidupan. Perbanyak ‘self talk’ dengan diri kita, dan menemukan ‘Malaikat Pembisik’ dalam perjalanan hari ke hari. Sampai saatnya, “It’ll come to us,” yang menjadi kata-kata ikonik Brad Pitt di film itu.
Menteng, 15 Februari 2022
Ditayangkan di Majalah Gaharu, edisi Maret 2022