Makam Wage Rudolf Soepratman ada di Rangkah. Tapi di Surabaya yang sama, terdapat museum rumah tempat masa-masa terakhir hidupnya.
Lokasinya tak jauh dari Taman Mundu, di seberang stadion sepak bola legendaris, Gelora 10 November, yang dibangun untuk pelaksanaan PON VII tahun 1969.
Tepatnya di Jalan Mangga no. 21. Bangunan ini milik kakak pertama WR Soepratman Bernama Roekiyem Soepratijah. WR Soepratman tinggal di rumah ini [ada 1937 hingga meninggal dunia 17 Agustus 1938.
Wage Rudolf Soepratman merupakan pahlawan nasional pencipta lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya. Wage dilahirkan pada Senin 9 Maret, 1903 di Jatinegara Jakarta. Ayahnya bernama Senen, seorang sersan di Batalyon VIII. Diasuh oleh kakak iparnya WM Van Eldik (Sastromihardjo) ia telah belajar bermain gitar dan biola.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta, digelar Kongres Pemuda yang melahirkan ‘Sumpah Pemuda’. Pada malam penutupan kongres, pada 28 Oktober 1928, Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan para peserta.
Itulah momen pertama kalinya lagu Indonesia Raya ini bergema di depan publik. Semua partisipan terkejut mendengarnya. Setelah itu, Lagu Indonesia Raya selalu tidak pernah ketinggalan untuk dibawakan di setiap kongres yang berlangsung. Lagu ini merupakan perwujudan dari keinginan bersama untuk sebuah kemerdekaan.
Sejak menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage banyak di buru oleh pihak Belanda, dan hal ini membuat beliau sakit-sakitan.
Lagu terakhir yang diciptakannya berjudul Matahari Terbit, dan karena lagu itu pulalah, ia dipenjara di Kalisosok dan pada akhirnya meninggal.
Lebih satu dekade setelah Indonesia merdeka, Peraturan Pemerintah Nomor 44 /1958 mengumumkan bahwa Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Indonesia.