Rajin Mencoba

Hidup ini adalah persoalan seberapa sering dan berani kita mencoba.

JURGEN Klopp dikenal sebagai pelatih bermulut ‘quoteable’. Apapun yang diucapkannya, layak jadi tulisan di media. Bahkan saat ia hanya tertawa terbahak-bahak di sesi jumpa pers pun bisa jadi meme. Jadi, tak heran jika jelang Final Piala FA lawan Chelsea, 14 Mei 2022, tiba-tiba dari mulutnya menyembur kalimat dahsyat yang langsung ‘dimakan’ para jurnalis olahraga.

Ditanya tentang tantangan yang dihadapi tim asuhannya, Klopp mengatakan kepada wartawan di tempat latihan Liverpool, “Klub mana yang harus saya tuju untuk memiliki situasi yang berbeda? Saya bisa saja pergi ke Bayern beberapa kali dan memenangkan lebih banyak gelar dalam hidup saya, tapi saya cukup yakin untuk mengatakan tidak.”

“Saya memiliki memiliki kontrak di sini … dan itu baik-baik saja. Dunia tidak penuh dengan pemenang, dunia ini penuh dengan pencoba. Saya suka mencoba dan kadang-kadang saya menang dengan beberapa orang lain. Saya senang dengan itu,” ujar Klopp, seperti dikutip Times Live.

The world is not full of winners, the world is full of triers.

Makjleb. Jurgen Klopp pernah tujuh tahun melatih Borussia Dortmund, klub Bundesliga yang sempat jadi kryptonite Bayern Munich, raksasa Jerman. Ia pun kerap digosipkan menyeberang ke tim saingan yang kaya raya itu. Bayangkan, sejak 2010 hingga musim ini, Munich meraih 11 kali juara Bundesliga. Sepuluh kali kali di antaranya diraih beruntun dari musim 2013 hingga 2022. Dalam kurun waktu itu, hanya Dortmund era Klopp (2011 dan 2012) yang terakhir bisa menjegal FC ‘Hollywoods’.

Jangan lelah mencoba. Kadang kita sukses pada kesempatan pertama. Tapi, kadang juga baru mendapat hasil di percobaan kesekian belas.

Kala Klopp dilantik sebagai pelatih pergantian antar waktu Liverpool 8 Oktober 2015, ia bertekad mengubah pola pikir para penggemar ‘The Reds’. Dari peragu jadi percaya. From doubters to believers. Kala itu, Kopites seperti skeptis melihat kedatangan pelatih anyar untuk mengakhiri puasa gelar Liga Inggris selama 25 tahun. Sejak Kenny Dalglish memimpin Liverpol juara pada 1990, datang pelatih dari Inggris, Skotlandia, Prancis, Spanyol, dan Irlandia Utara silih berganti. Toh, beduk buka puasa belum ditabuh juga.

 

Klopp juga tabah saat dijuluki ‘Mr. Runner Up’. Enam kali kalah dari tujuh final besar bersama Dortmund dan Liverpool. Dua kali di Liga Champions 2013 dan 2018, serta final Liga Europa 2016. Jangan lupa juga final pertamanya bersama Liverpool, keok adu penalti dari Manchester City pada partai puncak Piala Liga 2016. Sakit. Sesak.

Tidak kompeten atau kurang beruntung?

Mencoba, mencoba, dan mencoba.

Memperbaiki diri, memperbaiki diri dan memperbaiki diri.

Minggu, 15 Mei 2022, dini hari Waktu Indonesia. Jurgen Klopp melengkapi koleksi pialanya bersama Liverpool. Liga Champions sudah (2019), Liga Inggris sudah (2020), Liga Super Eropa sudah (2020), FIFA World Club sudah (2020), dan Piala Liga juga sudah (2022). Pada tahun yang sama, gelar Piala FA kedelapan sepanjang sejarah Liverpool tercatat atas nama manajer Jurgen Klopp.

Dua kali final tahun ini, semua melalui sudden death adu penalti melawan Chelsea, yang dibesut rivalnya senegara: Thomas Tuchel. Dua-duanya melalui sudden death adu penalti setelah tanpa gol di waktu normal dan perpanjangan waktu. Skor akhirnya 11-10 di Piala Liga dan 6-5 di Piala FA.

Benar-benar kompeten atau menang beruntung?

Keberuntungan adalah saat peluang bertemu dengan persiapan, sedangkan nasib buruk adalah saat kurangnya persiapan memenuhi kenyataan.

Anda letih mencoba dan merasa jadi orang kurang beruntung sedunia? Tempelkan poster Jurgen Norbert Klopp di kaca tempat Anda biasa bercermin tiap pagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.