Check In: SQG, Sintang

Kembali ke Kalimantan Barat, kali ini agak ke dalam.

“Ibarat Kalimantan itu bebek, Pontianak ini brutu. Nah, kalau ke Sintang, kita masuk lebih ke dalamnya brutu lagi.”

Pernyataan itu disampaikan seorang rekan wartawan saat kami bersama dalam perjalanan penerbangan dari Jakarta ke Sintang lewat Pontianak.

Minggu, 28 Agustus 2022 siang, kami mendarat dengan ATR 72-600 milik Wings Air yang membawa kami di ketinggian 11 ribu kaki dalam flight 40 menit dari Bandara Supadio PNK menuju Bandara Tebelian, SQG, kode tiga huruf Sintang. Kalau jalan darat dari ibu kota provinsi menuju Sintang, bisa menempuh waktu 7-8 jam perjalanan.

Asal-usul Kerajaan Sintang bermula dari kedatangan seorang tokoh penyebar agama Hindu bernama Aji Melayu yang datang ke Nanga Sepauk (Sekarang Kecamatan Sepauk) pada abad ke-4. Bukti-bukti kedatangan Aji Melayu dapat dilihat dari temuan arkeologis berupa Arca Putung Kempat dan batu berbentuk phallus yang oleh masyarakat setempat disebut Batu Kelebut Aji Melayu.

Putung Kempat adalah istri Aji Melayu yang kemudian menurunkan raja-raja di Sintang. Di daerah ini juga ditemukan batu yang menyerupai lembu serta makam Aji Melayu.

Pendirian Kerajaan Sintang dilakukan Demong Irawan, keturunan kesembilan Aji Melayu, pada sekitar abad ke-13. Demong Irawan mendirikan keraton di daerah pertemuan Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yaitu di Kampung Kapuas Kiri Hilir sekarang. Mulanya daerah ini diberi nama Senetang, yaitu kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai.

Lambat laun penyebutan Senentang berubah menjadi Sintang. Sebagai lambang berdirinya kerajaan itu, Demong Irawan yang memakai gelar Jubair Irawan I menanam sebuah batu yang menyerupai buah kundur. Batu itu kini berada di halaman Istana Sintang. Sampai saat ini, kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik.

Sintang menjadi berita karena akhir tahun lalu mengalami banjir besar. Terbesar selama lebih dari 30 tahun terakhir. Presiden Jokowi pun hadir ke Sintang, menguatkan para korban bencana sekaligus meresmikan Bandara Tebelian pada 8 Desember 2021. Bandara yang dibangun dengan anggaran Rp518 miliar tersebut diyakini mampu melayani sekitar 75 ribu penumpang per tahun. Untuk saat ini, penerbangan dari Pontianak ke Sintang hanya dilayani tiga kali sepekan: Minggu, Rabu, dan Jumat.

Kesan saya hari pertama di Sintang, ya kota ini kelas menengah lah. Tidak besar, tentu saja. Tapi juga tidak terlalu kecil. Buktinya, punya bandara sendiri. Bank-bank pun tak kurang di sini. Di beberapa kota, saya kerap sulit menemukan BCA atau bank lain di luar BRI. Eh, konon di Sintang, bahkan Bank Mega pun buka cabang di sini.

Makanan? Ikan-ikannya top. Sambal salai ikan laisnya bikin nagih. Apalagi makannya ditemani Ikan Baung.

Salam, “Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata..”

Artinya “Adil kepada Sesama Manusia, Bercermin ke Surga, Nafas Hidup itu berasal dari Tuhan.”

dijawab tiga kali, “Arus.. arus.. arus..”

Leave a Reply

Your email address will not be published.