Di setiap kantor, rata-rata saya bisa menemukan persekutuan doa setiap Jumatan. Setelah dua tahun bekerja di kawasan MNC Tower Kebon Sirih, 9 September 2022 merasakan suasana ibadah bersama.
Saat 2006-2010 bekerja untuk Radio CVC Australia di Istana Gondangdia, tentu saya bisa rutin beribadah. Tiap hari bahkan. Maklum, di kantor itu rekan-rekan lain berkarya melayani untuk berbagai lembaga Kristiani.
Pindah ke sebuah majalah otomotif di kawasan Lodan, Ancol, ternyata ada ibadah Jumatan di sana. Pun kala 2011-2014 saya hijrah ke KompasTV Palmerah. Bersama kawan-kawan Kompas Gramedia Grup, persekutuan doa digelar kala karyawan lain pada Salat Jumat. Lokasinya di Apartemen Permata Senayan.
Pada 2014-2016 pindah sebagai koordinator peliputan CNN Indonesia TV. Kantornya di Komplek CT Corp Tendean. Puji Tuhan, suasana surga juga kerasa di situ. Lokasi ibadah di Menara Bank Mega. Bahkan, saat sudah resign dari grup media milik Pak Chairul Tanjung pun, saya masih kerap dapat email informasi ibadah mingguan.
Switch dari wartawan ke government public relations, saya sempat merasakan ibadah jumat di Istana. Namun, hanya sekali acara itu berlangsung. Sampai saya paripurna sebagai Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden pada 19 Oktober 2019.
Nah, kali ini, dua tahun lebih sebulan bekerja di kawasan MNC Tower, Kebon Sirih, akhirnya bisa menemukan Jumat Berkah juga.
Firman Tuhan dibawakan Pendeta Rubin Ong. Temanya ‘Hati yang Takut Akan Tuhan’. Bacaan utama dari Ibrani 12:28.
Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
“Orang yang takut akan Tuhan, apa yang dipercayakan padaNya selalu dipakai untuk memuliakan Tuhan,” ungkapnya.
Rubin Ong melanjutkan, banyak orang hebat ternyata dalamnya kosong. Ia pun mengutip nyanyian yang diciptakan oleh Horatio Spafford, seorang pengacara kaya dari Chicago.
“When peace like a river, attendeth my way
When sorrows like sea billows roll
Whatever my lot, thou hast taught me to say
It is well, it is well, with my soul..”
Pada tahun 1870, ia kehilangan satu-satu nya anak laki-laki nya oleh karena penyakit demam berdarah. Satu tahun kemudian, terjadi tragedi bernama The Great Chicago Fire, dan itu membakar habis hampir seluruh assets properti yang ia miliki. Hidup tidak terlihat begitu baik bagi Spafford dan keluarga. Termasuk saat empat anaknya lain meninggal tenggelam dalam perjalanan menyaksikan seminar D.L.Moody di Eropa. Sungguh sebuah teladan, saat Spafford menciptakan lagu itu dalam kekelaman hidupnya.
“Orang yang takut akan Tuhan, anak cucunya tak akan meminta-minta,” tegas Rubin.
Rubin mengingatkan, janganlah menjadikan Tuhan seperti waiter di restoran. Layaknya pelayan yang siap berdiri menunggu apa yang kita order.
“Jangan juga memperlakukan Tuhan seperti therapist, atau mengkreasikan Tuhan sesuai apapun yang kita mau. Di aitu Raja, Kausa Prima, pencita segala sesuatu,” urai pendeta yang melayani di GBI Sudirman dan GBI PRJ ini.
Rubin mengingatkan, orang yang benar yang takut akan Tuhan akan memiliki wibawa khusus. Tapi, orang yang tak takut akan Tuhan, tak suka akan kehadirannya.
“Tuhan kita tak tergucangkan. Guncang saja tidak, apalagi bangkrut,” kata Rubin.
Ia menutup kotbahnya dengan berpesan, “Orang kalau takut akan Tuhan akan tetap taat. Walaupun orang laun tak melihatnya.”
Terima kasih Tuhan, mendapat kesegaran. Charge baterei untuk kembali bekerja. Sebagaimana kata Pastor Robin, “Kita ini diberkati untuk bekerja…”