Weekend dengan nonton Miracle in Cell No 7.
Berdurasi 2 jam 25 menit, film ini remake dari film Korea berjudul serupa. Digarap apik oleh Hanung Bramantyo, hingga menarik magnet lebih dari 2 juta penonton pada sepekan pertama pemutarannya di bioskop Indonesia sejak 8 September 2022.
Film ini cukup kompleks, tapi dikemas dengan pendekatan film keluarga, sehingga banyak ibu dan anak yang datang menonton. Teater pun hampir penuh. Layaknya suasana sebelum pandemi.
Ceritanya, Dodo seorang ayah penjual balon dengan keterbatasan mental. Menjadi single parent karena ditinggal isterinya saat melahirkan Kartika, Dodo selalu ingin membahagiakan puteri tunggalnya itu.
Dengan segala kepolosan dan kondisi pribadinya sebagai penyandang disabilitas, Dodo terjerat sebagai tersangka pemerkosaan dan pembunuhan anak di bawah umur. Faktanya, si kecil Melati berpulang karena terpeleset tali, terbentur meja dan tenggelam di kolam renang.
Kisah selanjutnya adalah drama di penjara, berlokasi asli di Lapas Cikarang. Juga kisah di balik dunia hukum yang ternyata bisa ‘dibeli’ orang besar. Setidaknya menurut film itu.
Kekuatan film ini tentu, selain kepiawaian sutradara Hanung Bramantyo, juga pada kehebatan akting Vino Giovanni Bastian. Kali pertama saya mengagumi kemampuan luar biasanya dalam berperan saat menyaksikan film ‘Chrisye’ (2017) dan ‘Super Didi’ (2016). Jangan lupakan juga Sang Kepala Lapas Hendro Sanusi, mantan atlet basket Indonesia, Densu alias Denny Sumargo.
Recommended buat disaksikan tanpa terlalu serius memikirkan kejanggalan demi kejanggalannya. Namanya juga film…