Konferensi Global Lifelong Learning Summit Singapura: Tiga Kunci Sukses Program Kartu Prakerja

Singapura, 3 November 2022 – Terdapat tiga poin penting kunci sukses Program Kartu Prakerja, dari proses desain hingga implementasi program, selama dua tahun terakhir. Pertama, pentingnya memiliki desain program yang menjawab permasalahan dan kebutuhan terkait uang, informasi dan waktu. Kedua, mengembangkan ekosistem yang terdiri atas berbagai pemangku kepentingan untuk mengimplementasikan desain program. Ketiga, continuous iteration karena tidak ada program yang sempurna di awal.

“Program Kartu Prakerja berupaya terus meningkatkan kualitasnya berdasarkan data dan masukan dari penggunanya untuk memenuhi kebutuhan para pengguna secara tepat sasaran,” kata Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari saat menjadi salah satu pembicara dalam forum ‘Global Lifelong Learning Summit’ di Singapura, 3 November 2022.

Konferensi bertemakan ‘Memaksimalkan Dampak Sosial-Ekonomi dari Pembelajaran Sepanjang Hayat (Lifelong Learning)’ ini digelar oleh Kementerian Pendidikan Singapura, Skillsfuture Singapore dan Singapore’s Institute of Adult Education bekerja sama dengan UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL), Asia-Europe Meeting Lifelong Learning Hub, International Labour Organization dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Program Kartu Prakerja mendapat kehormatan tampil pada sesi diskusi dengan topik ‘Global experiences in lifelong learning policy development and implementation’ dengan paparan utama oleh David Atchoarena, Director of UNESCO Institute for Lifelong Learning. Dalam kesempatan ini, Denni Purbasari membagikan paparan bertajuk “Kartu Prakerja Program: Indonesia’s Large Scale Skill Development Program, From Design to Policy-Making to Implementation.” Selain Program Kartu Prakerja, terdapat dua pembicara lainnya yang membagikan perspektif dalam sesi diskusi, yakni Professor of Global Education Policy in the School of Education at the University at Albany, Aaron Benavot, dan President of the Republic of Korea’s National Institute for Lifelong Education, Dae Joong Kang.

Global Lifelong Learning Summit bertujuan untuk memfasilitasi diskusi mengenai berbagai praktik baik, pendekatan serta peluang kolaborasi yang dapat secara kolektif mendorong pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Rangkaian diskusi ini melibatkan berbagai aktor, termasuk pemerintah, organisasi internasional, institusi pendidikan, badan usaha dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam pertemuan tersebut, Program Kartu Prakerja dilihat sebagai pendekatan yang menarik dalam menyelenggarakan lifelong learning.

Denni memaparkan tantangan Kartu Prakerja sebagai program berskala besar yang bersinggungan dengan sosialisasi dan komunikasi untuk membuat masyarakat memahami tujuan program dengan baik dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. “Selain itu, Program Kartu Prakerja harus mengelola ekspektasi publik sekaligus memaksimalkan keterlibatan seluruh pihak sehingga tidak ada yang tertinggal (leaving no one behind),” tegasnya.

Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu pulau dan berpenduduk 250 juta, Indonesia diberikan bonus geografi yang luar biasa. Namun Indonesia juga dihadapkan dengan fakta produktivitas angkatan kerjanya yang sangat rendah. Kesenjangan antara keterampilan yang dikuasai oleh angkatan kerja dengan yang dibutuhkan pasar sangatlah besar, namun demikian perusahaan maupun individu masih dihadapkan dengan tingkat kesadaran yang rendah mengenai investasi dalam peningkatan keterampilan ini. “Survey BPS tahun 2019 mencatat 90% angkatan kerja Indonesia atau sekitar 120 juta jiwa tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus di luar sekolah. Apa artinya? Market fails. Oleh karenanya, government must step in,” tegas Denni.

Program ini lahir dari gagasan langsung Presiden Jokowi pada tahun 2019. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, kompetensi, daya saing dan kewirausahaan angkatan kerja Indonesia. Prioritas Program Kartu Prakerja adalah memperkecil skill gap angkatan kerja sehingga mereka bisa beradaptasi dengan perubahan, punya pekerjaan layak dan pendapatan lebih baik.

Seorang peserta diskusi, Shalini, menanyakan dampak Program Kartu Prakerja terhadap kebekerjaan peserta dan bagaimana mereka mendapatkan pekerjaan setelah mengikuti program ini. Denni menyampaikan mekanisme sebelum memulai pelatihan dalam Program Kartu Prakerja dimana peserta melewati proses pendataan mengenai kondisi dan status kebekerjaan saat itu. Pada asesmen awal, ditemukan 40% peserta Program Kartu Prakerja belum mendapat pekerjaan. Setelah mengikuti pelatihan, ditemukan 33% dari 40% peserta yang tadinya belum memiliki pekerjaan kini telah mempunyai pekerjaan. “Misi utama Program Kartu Prakerja adalah untuk membantu angkatan kerja mendapatkan tambahan kemampuan lewat metode pelatihan yang menyenangkan,” jelasnya.

Di akhir sesi, Denni Purbasari mendorong semangat kolaborasi serta mengajak peserta konferensi untuk memulai segala sesuatu dari hal kecil. “Teruslah bereksperimen dan menyempurnakan eksperimen tersebut menjadi program pembelajaran seumur hidup yang baik bagi masyarakat,” pungkasnya.

Direktur Eksekutif Institute for Adult Learning at the Global Lifelong Learning Summit, Professor Lee Wing On,  menyatakan rasa senangnya dan mengapresiasi kesempatan untuk belajar tentang Kartu Prakerja, yang merupakan respon penting terhadap tantangan yang kita hadapi dalam pekerjaan dan ketenagakerjaan. Hal ini senada dengan Singapura yang memiliki SkillsFuture Movement, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada warga Singapura untuk memperdalam penguasaan keterampilan mereka dan melalui pembelajaran sepanjang hayat.

“Ini adalah pembelajaran yang baik dari kedua inisiatif yang dapat menginformasikan bagaimana kami dapat meningkatkan skema kami masing-masing untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Kami menantikan lebih banyak kesempatan untuk berbagi di masa depan,” kata Lee Wing On.

Leave a Reply

Your email address will not be published.