Medan dan Sejuta Kenangan

Terbang lagi, kembali ke Medan. Menambah memori tentang kota para ketua ini.

Back to Medan. Terakhir ke sini pada 2019. Saat itu beberapa kali datang ke ibu kota Sumatera Utara ini untuk sosialisasi program Presiden Jokowi jelang Pemilu 2019 yang dimarakkan demo mahasiswa, menjadi pembicara acara Kemenkominfo, juga kala menghadiri Dies Natalis GMKI bersama Menpora Imam Nahrawi. Terkenang, kali pertama ke Medan pada awal 2005, saat transit menuju liputan tsunami di Banda Aceh.

Tahun ini, sempat mampir ke Bandara Kualanamu saat April lalu transit dari dan menuju Nias. Namun, benar-benar menuju kota Medan, tentu sesuatu yang tak bakal dilupakan.

Acaranya hanya sehari. Sosialisasi Peraturan Presiden 113/2022 bersama aparat penegak hukum -jaksa dan polisi- serta kepala dinas ketenagakerjaan se-Sumatera Utara pada 8 November 2022. Menginap dua malam di di Hotel Four Points, kawasan Gatot Soebroto.

Di antara itu, sempat makan malam di resto sea food ‘Marco’, di komplek Cemara Asri, bersama sahabat baru: Asriafin Soekarman. Afin, sapaan akrabnya, menjabat Sekretaris Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sumatera Utara, mendampingi sang ketua provinsi Agoez Perdana. “Silakan, kita makan seafood. Ada udang, cumi, ikan nila, gurami, tapi ada juga ayam goreng,” kata Afin dan Raedy Ichsan, sahabat lainnya.

Di ruko nan semarak itu, kami berbincang tentang berbagai hal. Politik Sumut, politik nasional, kisah perjalanan masing-masing dari kami, sampai terkagum melihat pelayan restoran yang selalu berdiri. Nyaris tak pernah duduk. “Mungkin aturannya begitu, ya,” kata Raedy.

Sekitar jam sembilan malam, kami geser ke Café Agam Cabang Multatuli di bilangan Bukit Barisan. Di sini bersua Hambali Batubara, salah satu orang dalam daftar ‘wajib dikontak’ saat berkunjung ke sebuah kota. Di Medan, saya biasa kontak Hambali. Pernah pula beberapa malam menginap di rumahnya, 2010.

“Eh, ada kebun kelapa sawit dijual, Jo. Barangkali ada kawan pengusaha. Harga sekitar 200 miliar rupiah. Luasnya 500 hektar lebih,” kata Hambali, sambil kami nikmati hidangan khas kafe itu. Saya ambil TST Pinang. Teh Susu Telur, diberi ramuan pinang. Adapun menu unggulan di situ adalah Ifumie Bangladesh.

Semacam mie dengan racikan khusus yang sangat pedas. Aduh, sudah jam segitu. Perut saya mesti tutup pintu. Toh, sebelumnya sudah nikmati ikan gurami goreng di ‘Marco’ Cemara Asri tadi.

Sebelum pamit, tak lupa ambil foto dengan para pengisi musik di pelataran warkop itu. Sejuta kenangan tambahan dengan kota yang membanggakan dengan Stadion Teladan ini.

Sayonara, see u again, Sumatera Utara…

Leave a Reply

Your email address will not be published.