Perempuan masa kini harus menghilangkan sikap ‘mental block’ atau kondisi mental yang menganggap seseorang tidak mampu melakukan berbagai hal karena keterbatasan yang dimilikinya. Sikap seperti inilah yang kemudian menghambat produktivitas, termasuk juga bagi perempuan saat membandingkan dirinya dengan pria.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari menyampaikan pendapatnya tersebut saat menjadi salah satu narasumber program spesial ‘Super Women, Perempuan Pahlawan Ekonomi’ MetroTV memperingati Hari Pahlawan, 10 November 2022.
Dalam talk show yang dipandu Aviani Malik, Denni Purbasari tampil bersama tiga figur publik perempuan lain yakni anggota dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Shinta Kamdani, dan Direktur Asuransi Jiwa Manulife Novita Rumngangun.
Denni menjelaskan, perempuan Indonesia sangat tangguh, karena itu, begitu rumah tangga jadi miskin, maka perempuanlah yang paling menderita, terutama karena posisinya yang multitasking. “Perempuan berangkat ke tempat kerja sangat pagi, dan juga harus mengurus keperluan rumah tangga. Mulai mencari air bersih, memasak, menyediakan makanan untuk anak, memenuhi nutrisi, hingga berhutang kepada tetangga,” urai Denni.
Ia menekankan, tuntutan ekonomi yang sangat besar, membuat perempuan menjadi penopang kesejahteraan keluarga, terutama untuk anak-anak. Denni menggarisbawahi, kekuatan makro itu dibangun dari kekuatan mikro. “Negara akan kuat kalau rumah tangganya kuat, dan perempuan adalah pilar dari rumah tangga,” tegasnya.
Pandangan agar perempuan Indonesia tak terjebak sebagai ‘mental blocker’ juga disampaikan Friderica Widyasari. “Perempuan Indonesia harus maju dan percaya diri, memberdayakan diri sendiri untuk naik kelas, baru kemudian bisa memberdayakan orang di sekitarnya,” kata Friderica.
Lebih dari 2,5 tahun menjalankan misinya, Program Kartu Prakerja telah menjangkau lebih dari 16,4 juta orang, dengan 55,1 persen peserta merupakan perempuan. Selain itu, tiga persen penerima manfaat Kartu Prakerja berstatus Purna Pekerja Migran Indonesia (PMI). “Program Kartu Prakerja memberi bekal para pekerja migran yang pulang dari luar negeri ini. Logikanya, kalau para pekerja kita, terutama perempuan, memiliki skill yang cukup, pasti mereka tidak akan bekerja jauh meninggalkan keluarganya,” ungkapnya.
Denni menyatakan, jangan menganggap remeh kemampuan dan kemauan perempuan Indonesia untuk belajar digital. “Hal itu terbukti di Program Kartu Prakerja. Banyak perempuan mengambil pelatihan keterampilan berbisnis dari rumah, bekerja dari rumah, seperti menjadi telemarketing, programmer, customer service, dan lain-lain,” terangnya.
Wakil Ketua KADIN Shinta Kamdani mengapresiasi program peningkatan keterampilan yang dilakukan Program Kartu Prakerja, khususnya untuk menaikkan level perempuan Indonesia. Namun, ia mengingatkan, perlunya dukungan sektor lain secara terintegrasi. “Peningkatan kapasitas tenaga kerja menjadi salah satu unsur pengembangan kemampuan angkatan kerja kita, khususnya perempuan. Namun kita perlu kebijakan lain yang sinergis, seperti akses pada pekerjaan, akses pasar dan pembiayaan permodalan bagi pelaku wirausaha,” jelasnya.
Denni menyampaikan contoh keberhasilan dua perempuan Indonesia alumni Program Kartu Prakerja. Putri Dewi, yang awalnya tenaga kebersihan di sebuah stasiun televisi swasta di Maluku Utara, kemudian naik level menjadi juru kamera dan pengendali ruang kontrol siaran televisi, berkat pelatihan ‘Menjadi Jurnalis Profesional’ dan ‘Mahir Editing Video’ yang diambilnya. Contoh lain datang dari Yumna Via Hasianty, perantau asal Kalimantan Selatan, yang melakukan upskilling lewat pelatihan Kelas Dasar Web di Program Kartu Prakerja dan kini menjadi programmer di anak perusahaan Pertamina di Jakarta.
Dari contoh-contoh itu, Denni yakin perempuan Indonesia bisa maju, asal terus konsisten mengembangkan kemampuan dirinya. “Kelebihan perempuan Indonesia ini, kalau kata orang Jawa, selalu ‘ngulik’ dan ‘prigel.’ Cekatan, terus mencari, tak bisa diam dan berhenti, sampai bisa. Saat ini, zaman sudah digital. Kerja tak selamanya harus di luar rumah, tak mesti meninggalkan anak. Kalian bisa memainkan peran ini secara bersama-sama dengan hebat,” kata Denni.