Nasib kita bisa berubah karena sebuah kejadian yang tak pernah kita duga. Selanjutnya, karakter akan menentukan ke mana langkah selanjutnya.
Martunis Sarbini, kelahiran 1997. Saat gempa besar dan tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2024, ia baru berusia 7 tahun. Warga Desa Syiah Kuala ini sedang asyik bermain bola dengan kawan-kawan kampungnya saat banjir raksasa itu melanda. Ibu dan saudaranya termasuk di antara 230 ribu orang yang meninggal dunia.
Martunis terdampar di pantai selama 21 hari dan selamat dengan berpegangan di sofa. Ia ditemukan oleh sekelompok jurnalis, yang mendapatinya mengenakan jersey timnas Portugal dengan nama Rui Costa. Kondisinya begitu mengenaskan karena dehidrasi yang dialami. NGO Save The Children menyatakan bahwa jika ia ditemukan beberapa hari kemudian, bisa saja Martunis akan ‘lewat’. Tak lama, ia pun dipertemukan dengan ayahnya yang juga selamat dari bencana besar itu.
Saat gambarnya mengenakan jersey Portugal mendunia, Martunis mendapat begitu banyak simpati. Federasi sepak bola Portugal (FPF) dan bintang bola negeri ‘Brasilnya Eropa’ itu, Cristiano Ronaldo mendonasikan 40 ribu euro untuk merenovasi rumahnya. Pada 2005, CR7 berkunjung ke Aceh dan berjanji membiayai pendidikan Martunis serta tur ke Stadion Sporting Lisbon tempat Ronaldo mengenyam karir bola di awal-awal perjalanan hidupnya. Sejak itu, kedua ‘kakak-adik’ ini beberapa kali bertemu.
Martunis dan ayahnya diundang ke Portugal pada 2006, lanjut memenuhi ajakan Madonna ke London. Martunis sempat direkrut Sporting Lisbon dan menjajal kesempatan di akademi klub Portugal itu. Mantan penyerang PSAP Sigli 2012-2015 ini kemudian pensiun bermain bola setelah mengalami cedera lutut pada sebuah pertandingan persahabatan di 2016.
Selepas gantung sepatu, ia sempat mencoba mendaftar sebagai bintara polisi tapi gagal. Ia pun aktif menjadi endorser berbagai produk di sosial medianya. Kabar lain menyebut, sejak 2021, Martunis bergabung sebagai kader Partai Demokrat, menjadi penyokong Agus Harimurti Yudhoyono di Serambi Mekah.
“Saya berharap Ronaldo bersinar di Piala Dunia Qatar ini,” kata Martunis. Tak sengaja saya berjumpa dengannya di lobby Hotel Hermes. Hotel tempat saya menginap ini sedang menggelar nonton bareng partai penyisihan Grup B mempertemukan Inggris dan Iran.
Saya menjabat tangannya. Saya mengingatkan, meski tentu saja ia tak ingat, pada awal 2005 lalu saya ke rumahnya, meliputnya untuk soft news Koran Tempo terkait korban tsunami beberapa pekan sebelumnya. Tujuh belas tahun silam, mencari kediaman Martunis, saya menyewa seorang tukang ojek langganan yang setia menemani selama dua pekan lebih berkeliling Banda Aceh dan sekitarnya.
Di Hotel Hermes semalam, Teuku Malvino, seorang konten kreator yang juga pelatih sepak bola di Aceh mewawancarainya dan bertanya, apakah ada bocoran kapan ia bertemu saudara angkatnya lagi. “Tentu saja saya ingin bertemu dengan Ronaldo kembali. Tapi saya paham, ia sangat sibuk,” kata Martunis.
Sukses buat jalan hidupmu ke depan, Martunis. Kadang hidup membawa kita ke rute yang tak pernah kita bayangkan…