Profil aktivis muda Jawa Timur. Bertekad mengembangkan karir berorganisasi.
Hizkia Trianto bungah ketika cita-citanya terwujud. Menjadi Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di bawah kabinet Ketua Umum Jefri Edi Irawan Gultom. Mendapat sinyal sebagai Koordinator Wilayah V yang menaungi cabang dan calon cabang se-Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, ia bergegas ke Jakarta. Meski tiket pesawat ditebusnya melalui sebuah platform pinjaman kredit online.
Di Jakarta, ia tidur di markas buruh, daerah Kemang. Bertemu di kafe kawasan Kebon Sirih, sempat saya ‘plonco’ sejenak, karena tidak tepat waktu sesuai perjanjian. Belakangan paham, dari Jaksel mencapai Jakpus, ia mencari tumpangan seorang aktivis buruh Jakarta.
Lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini memang getol beraktivis. Beberapa kali saya ketemu dengannya di acara GMKI, di luar Surabaya. Termasuk lima tahun lalu di Medan. Peringatan Dies Natalis GMKI dipusatkan di ‘Kota Para Ketua’ itu, dan Hizkia dapat tiket karena memenangkan lomba yang digelar pengurus pusat.
Beberapa tahun belakangan, Kia -sapaan akrabnya, mendampingi anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Yordan Malino Batara-Goa.
“Saya banyak belajar advokasi dan politik dari Bang Yordan,” kata Kia tentang Ketua Cabang GMKI Surabaya 1999-2001 itu.
Pulang dari Jakarta, pelantikan sebagai Korwil awal bulan ini, Kia kembali sibuk di Jawa Timur. Selain mempersiapkan Dies Natalis GMKI ke-73 di Surabaya dan Malang, Kia juga mengeluarkan rilis pers menyikapi kondisi keberagaman di tanah kelahirannya.
Hasil riset Setara Institute for Democracy and Peace yang disampaikan dalam laporan tahunan 2022 menunjukkan tren pelanggaran kasus gangguan tempat ibadah terus mengalami kenaikan yang signifikan dalam enam tahun terakhir. Tercatat 50 tempat ibadah diganggu dan dirampas hak kebebasan beragama dan berkeyakinannya sepanjang 2022 di Indonesia. Angka tersebut naik dratis dibanding beberapa tahun terakhir: 44 (2021), 24 (2020), 31 (2019), 20 (2018) dan 16 (2017).
Setara menyebut, provinsi yang mengalami pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan paling banyak, yaitu Jawa Timur (34 peristiwa), Jawa Barat (25), DKI Jakarta (24), Banten (11), Jawa Tengah (10), Sumatera Utara (10), Aceh (7), Kalimantan barat (7), Nusa Tenggara Barat (6), dan Riau (5).
Menanggapi hasil riset yang disampaikan dalam laporan tahunan Setara Institute, Hizkia mengajak seluruh elemen lintas iman, tokoh pimpinan organisasi dan lembaga keumatan di Jawa Timur untuk bersama sama mengembalikan Jawa Timur yang toleran.
“Saat ini posisi Jawa Barat digeser Jawa Timur. Saya warga Jawa Timur tentu terkejut melihat data yang disampaikan SSebagai Korwil V PP GMKI di Jawa Timur siap untuk ikut serta bekerja sama mengembalikan Jawa Timur yang toleran. Dan memperkuat kepemimpinan dengan nuansa toleransi,” begitu suara Hizkia dalam siaran persnya.
Setiap orang berhak menentukan jalannya. Hizkia memilih jalur aktivis. Dengan segala pro kontra diterimanya. Selamat berjuang, yang penting happy dalam passion.
Kata Pramoedya Ananta Toer, “masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri.”