Gaharu Terbaru: Bersua Bunda Maria Berkebaya

RUBRIK: PERJALANAN

Lanjutan kisah perjalanan ziarah ke Israel. Berkunjung ke kampung Keluarga Kudus di Nazareth.

Setelah meneguhkan janji pernikahan di Kana, kami menuju Tabgha, arah barat laut Galilea. Ada dua tempat suci di sini. Pertama, tempat Yesus bermujizat memecah lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang laki-laki. Kalau ditotal sekeluarga bisa jadi hitungannya 20 ribu umat. Sisa dua belas bakul.

Jangan bingung jika di Injil ada dua versi. Versi lain menyebut empat ribu orang sisa tujuh keranjang. Bisa jadi itu dua peristiwa berbeda.

“Tapi kemungkinan besar itu kejadian yang sama. Ada satu cerita ditulis untuk orang Yahudi, satunya lagi untuk segmen non Yahudi,” jelas Jerries Farah, guide lokal kami.

Versi untuk pembaca Yahudi, sisanya 12 bakul sesuai jumlah suku Israel. Versi satunya, lima roti dua ikan itu turah tujuh bakul. Persis jumlah tujuh bangsa yang dikalahkan Israel sebelum merebut Tanah Terjanji.

Masih di Tabgha, kami kembali ke Danau Tiberias. Kali ini berziarah ke Gereja Petrus Pertama. Santo Petrus Primacy Church atau Mensa Christi. Inilah tempat saat Petrus dua kali dikejutkan Yesus dengan tangkapan ikan berlimpah setelah semalaman pulang dengan tangan hampa? Di sinilah titiknya. Sesuai Yohanes 21.

Usai makan roti dan ikan bakar, Yesus menguji kasih Petrus lalu berakhir dengan amanat, “Gembalakanlah domba-dombaKu.” Maka, persis di titik itulah didirikan gereja ini.

Setelah makan siang di sebuah restoran Italia di Nazareth, kami berjalan kaki menuju obyek suci terdekat: Rumah Bunda Maria Nazareth plus Gereja St Joseph alias Rumah Yusuf. Inilah kunjungan ke Rumah Keluarga Kudus!

Jarak kedua rumah itu tak jauh. Meski kita tahu Yusuf berasal dari Betlehem dan orangtua Maria asalnya dari Yerusalem, rupanya mereka kekasih “pek nggo” alias “ngepek tonggo”. Pasangan dari tetangga masa kecil di Nazareth.

Nama bangunan itu Basilica of the Annunciation. Basilika Kabar Baik. Di sinilah Maria didatangi malaikat pembawa berita Gabriel yang memberitahu bahwa dia akan mengandung dan melahirlak bayi Yesus.

Besar dan megah sekali gereja ini. Ada beberapa pintu masuk. Ada Pintu Raja Daud. Ada pula Pintu Perianjian Baru yang hanya dibuka satu kali setahun pada Hari Raya Kabar Baik setiap 25 Maret.

Bunda Maria dalam berbagai bangsa

Di sekeliling gereja terdapat banyak personifikasi Bunda Maria. Kalau seratus, sepertinya lebih. Berasal dari berbagai negara. Sesuai karakter masing-masing.

Ada sumbangan dari Amerika Serikat. Maria digambarkan begitu futuristik. “The Immaculate Conception.” Perempuan tak bernoda, berbusana sang surya. Melambangkan Bunda Maria dan gerejanya.

Ada juga versi Ratu Tiongkok. Versi Spanyol. Jepang. Afrika. Dan banyak lagi.

Tentu yang kita cari versi Indonesia. Tepat sekali… Bunda Maria berkebaya.

Patung Maria berkebaya khas Nusantara bersanding anggun dengan patung Bunda Maria dari berbagai negara lainnya.

Alkisah, keberadaan patung Bunda Maria berkebaya Indonesia bermula dari sebuah kelompok kecil peziarah asal Indonesia datang berkunjung ke Basilica of Annunciation pada 2004 lalu.

Kala itu, gereja yang dibangun pada 1969 tersebut telah memiliki koleksi patung Sang Bunda dari seluruh dunia. Namun, tidak ada yang berasal dari Indonesia.

Kelompok peziarah itu kemudian bertanya dan meminta izin untuk menyumbangkan patung Bunda Maria untuk ikut dipajang di gereja yang diyakini oleh umat Katolik sebagai lokasi tempat Maria mendapat kabar dari langit akan mengandung Yesus. Bak gayung bersambut, keinginan kelompok peziarah tersebut mendapat respon positif dari pengelola gereja dan ditunjukkan sebuah tempat yang masih lowong.

Sekembalinya ke Indonesia, salah satu anggota peziarah tersebut, Joe Kamdani -pengusaha besar pemilik PT Datascrip- kemudian menghubungi seniman keramik Fransiskus Widayanto dan mengemukakan ide akan patung Bunda Maria untuk Basilica of Annunciation tersebut.

Widayanto pun menyambut dan langsung melakukan proses desain. “Pengerjaan patung membutuhkan waktu lebih dari satu tahun, mulai dari sketsa hingga penyelesaian,” kata Widayanto.

Dari Gereja Rumah Bunda Maria, kami menuju ke Gereja Rumah Santo Yusuf yang lokasinya depan belakang dalam satu kampung.

Nampak patung Yusuf, sebagai ayah pekerja keras bagi Yesus dan adik-adiknya. Juga ada mozaik menggambarkan Yusuf ‘nglentruk’. Depresi di samping malaikat yang menguatkannya.

Mengambil keputusan menikahi Maria yang hamil duluan bukan hal sederhana. Hukum rajam, dilempari batu sampai mati, adalah opsi terburuk bagi akhir hidup Yusuf alias Yosef.

Meski amat berat, ia memilih taat. Memenuhi panggilan kudus. Mari kita meneladani inspirasi Rumah Keluarga Kudus. Terus berusaha taat, meskipun berat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.