Tantangan menjadi orang tua di masa digital jauuuuh berbeda dibandingkan sebelum era internet bisa dimainkan di genggaman tangan.
Hari ini jadwal ambil raport tengah semester Kirana. Ternyata, sebelum raport dibagi, ada arahan agar orang tua masuk ruang serba guna. Ikut seminar ‘Parenting Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak di Era Digital’. Narasumber tunggalnya seorang psikolog tumbuh kembang anak: Ivon Hartato.
Menurut Ivon, penting bagi orang tua mengembangkan sikap ‘koneksi sebelum koreksi’. “Orang tua harus menambah pengetahuan terhadap dunia digital. Imbangi penggunaan dunia digital dengan interaksi nyata. Dampingi dan tingkatkan interaksi dengan anak,” jelasnya.
Ivon juga menganjurkan agar orang tua memberi batasan yang jelas dan konsisten. Kalau memang memperbolehkan anak main gadget pada akhir pekan saja, ya harus begitu. Jangan kemudian aturan diralat karena sang anak dapat nilai bagus, misalnya.
“Buatlah koneksi yang nyaman dengan anak. Interaksi merupakan salah satu bentuk stimulasi utama. Ingat, anak butuh interaksi personal. Orang tua berperan sebagai pemamdu dan anak sebagai pembelajar,” urainya.
Ditegaskannya, saat berinteraksi, orang tua perlu hadir secara utuh. Sesuaikan posisi tubuh dengan level anak, dan gunakan bahasa yang dapat dipahami anak. “Interaksi dilakukan secara bertahap. Verbal dan nonverbal. Baik melalui permainan atau aktivitas lain,” tuturnya.
Ivon melanjutkan, dalam diskusi bersama untuk melatih kemandirian anak ini, biarkan anak mencoba melakukan aktivitas mandiri. “Ketika mereka membantu melakukan sesuatu, berikan apresiasi. Hal itu mungkin kita anggap simple, tapi sangat membangun percaya diri dan softskillnya,” tegas anggota Himpunan Psikologi Indonesia wilayah DKI Jakarta (HIMPSI Jaya) ini.
Master psikologi lulusan Universitas Tarumanagara itu mencontohkan, seorang anak menjadi terbangun kepercayaan dirinya setelah merasa bisa membantu sang ayah mencuci mobil. Padahal, selama ini merasa harus dibantu atau dilayani. Dengan dihargai saat melakukan sesuatu, daya juangnya pun bertambah.
Namun, Ivon berpesan agar orang tua memahami kondisi diri dulu sebelum berinteraksi dengan anak. “Perlu tahu kapan butuh istirahat. Kalau capek kan emosi naik. Saat kondisi emosi pasti tidak nyaman. Sebaiknya berusaha pulihkan kondisi terlebih dulu, agar tidak memberi dampak negatif pengasuhan,” terangnya.
Di akhir kata, Ivon mengingatkan, sebuah kalimat bijak, ‘Your children need your presence more than your presents.”
Acara menjadi semarak dengan kehadiran sepasang siswa, Andrew dan Evelin apa ya namanya, memeragakan kemampuan berpantomim yang mengharumkan nama sekolah.
