One Night Stand: Jogja, Pulang, Halte…

Film asyik yang berfokus pada dua orang diperankan Jourdy Pranata dan Putri Marino. Lihatlah sisi puitisnya tentang kehidupan dan pencarian diri. Bumbu adegan seks anggaplah bonus saja.

Penulis naskah sekaligus sutradara ‘One Night Stand’ Adriyanto Dewo membuka film ini dengan sebuah untaian kata menarik dari Saba Bodokia, entahlah siapa orang ini: Bumi dipenuhi orang tersesat dan mereka bepergian di dunianya sendiri. Earth is full of lost people, and they’re travelling in their own worlds with their own mountains and their own seas.

Film yang diputar di bioskop online 2021 ini saya saksikan di Netflix hari ini. Dari rumah, sampai perjalanan TransJakarta. Terkonsentrasi pada kisah cinta segitiga Baskara alias Ara, Lea dan -meski hanya secuplik- Ayu. Juga bagaimana Ara menghadiri pemakaman dan pernikahan dalam sehari. Dan di situlah chemistrynya dengan Lea terbangun. Hidup yang, menurut Lea, adalah rangkaian kebetulan semata.

Bagi saya, film ini menghadirkan kekuatan pada naskah. Terutama pada kehidupan yang tak ubahnya hanya sebuah ampiran perjalanan. Lihat dan resapi puisi yang dibaca almarhum isteri Rendra. Puisi Perjalanan Pulang, karya Joko Pinurbo, 1991.

“Halte

Aku terdampar di sebuah halte

menunggu bus yang sebenarnya telah lama lewat

mengulur-ulur waktu

agar tidak cepat sampai ke arah jantung atau erangan bisu


Lihatlah,

setiap orang memasang halte di tempat persinggahan

menunggu dan menanti tak henti-henti

mengangankan bus yang bakal datang membawanya pulang

atau mungkin pergi jauuuuuh sekali

Demikianlah musafir

kita takut menjadi tua

namun juga tak pernah bisa kembali menjadi bayi

menjadi kanak-kanak

kecuali bila kita ciptakan lagi kelahiran

Di saat halte mau membimbing kita

Ke peristirahatan…” 

Leave a Reply

Your email address will not be published.