Bu Doktor Yustin

Dulunya senior di dunia broadcast, kini jadi asisten profesor kampus terkemuka.

Dr Yustina Ertie Pravitasmara Dewi, SE, MM. Duh, panjangnya namanya. Kami mengenalnya sebagai “Mbak Yustin” saja. Atau Teti. Dari kata Ertie. Nama itu sepanjang kesabarannya. Sepanjang perjalanan hidupnya pula. Sebagaimana catatan publikasi jurnal internasionalnya pun sepanjang namanya.

Dari radio ke radio. Salvatore Sonora Surabaya, kemudian jaringan radio di Semarang dan Magelang. Hingga kini hinggap sebagai dosen di tempatnya mengambil master dan doktoral: Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Sebuah kota sejuk yang sayangnya saya cuma sebatas lewat di rest areanya saja.

“Hidupku sekarang berserah saja. Kuserahkan pada ‘Si Gondrong’,” katanya. Di sebuah meja kedai M Bloc, kawasan nongkrong kekinian Jakarta Selatan yang diinisiasi mending Glenn Fredly dan kawan-kawannya.

Istilah ‘Si Gondrong’ bukan kali pertama saya dengar darinya. Dulu banget, pernah juga. Lama sekali. Tapi ternyata diksi itu masih dipakai juga. Hidup yang tak perlu aneh-aneh, katanya. Berteman  kentang goreng di resto ala Jepang itu, kami bercerita tentang semua perjalanan. Tentang kawan yang pada ke mana. Dan tentang mensyukuri pencapaian selama ini.

Kisahnya memang panjang. Satu kali saya mendengar Yustin melompat-lompat di berbagai pulau di Indonesia. Demi cek harga komoditas sayuran. Kali lain, ada cerita ia terbang ke Eropa Utara untuk berbagai misi yang tak pernah kami bayangkan pada terjadi pada akhir 1990-an. Kala ia “ngecemes” dari balik mikrofon ruang akuarium. Studio siaran kami nan dingin.

Kali ini, cerita miliknya adalah mondar-mandir Jakarta-Jawa Tengah secara berkala. Semoga terus dikuatkan. Disehatkan. Mengabdi pada anak-anak muda di kampus. Juga pada anak dan orangtua biologisnya di Salatiga.

Bahkan, dari balik taksi online yang ditumpanginya, ibu sepasang anak itu berteriak menguatkan. “Bertahaaaaaan….” Serunya kencang

Hidup adalah saling menguatkan. Satu kali saya yang dikuatkan. Kali lain, bisa jadi dia atau orang lain yang perlu “a shoulder to cry on”.

One Reply to “Bu Doktor Yustin”

Leave a Reply

Your email address will not be published.