Kuliner Jakarta: Nasi Kapau, Kramat Raya

Sahabat saya berasal dari Malang Selatan. Mencari nafkah di Surabaya, tapi kalau ke Jakarta selalu mencari Nasi Kapau atau makanan Padang.

Maka, ketika sore itu Nanang Prianto memberitahukan ia ada di ibu kota dan mengucapkan kode di grup WA eks peliput Persebaya, “Makan Nasi Kapau di mana ya malam-malam begini?”

Segera kami atur janji temu, dan malam itu kami sudah ada di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Jalan Kramat Raya ini adalah surga bagi para pencinta Nasi Padang dan variannya. Termasuk Nasi Kapau yang diincarnya. Saya sering lewat sini, namun nyaris tak pernah mampir. Lebih suka ke Lapo Batak di dekatnya.

Malam itu, kami menikmati Gulai Gajebo khas Nasi Kapau. Kompas menulis, gulai gajebo, atau gajeboh, atau sampade daging adalah masakan khas Sumatera Barat dengan bahan utama daging sapi. Bagian yang dipakai adalah punuk, dengan lemak tebal menempel di bagian daging. Perbandingan lemak dan daging pada gulai gajebo bisa 3:1. Semakin tipis bagian daging, rasanya semakin gurih. Potongan ‘lemak berdaging’ itu disajikan dengan kuah asam padeh yang sama sekali tidak menggunakan santan.

Nusyirwan Effendi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas mengatakan, perbedaan nasi kapau dan nasi padang yang pertama adalah asal-usul penjualnya. “Ada beberapa perbedaan antara nasi kapau dengan nasi padang. Pertama, nasi kapau dijual oleh orang asli Kapau,” ujar Nusyirwan. Antropolog lulusan Bielefeld University itu mengungkapkan, Kapau adalah nama nagari (desa) yang terletak di Kabupaten Agam. Warga lokal menyebut restoran nasi kapau dengan sebutan “rumah makan nagari kapau”.

Kolesterol memang tak baik, tapi kalau sesekali boleh jugalah. Nasi Kapau Kramat Raya siap menggoda Anda. Tak perlu jauh-jauh datang ke Kabupaten Agam. “Tambuah Ciak, Da!” Tambah satu piring lagi!

Leave a Reply

Your email address will not be published.