Di sebuah kedai kopi di Adi Jasa, menarik membaca coretan di sana.
Berteduh di kedai kopi ‘Titik Koma’ rumah duka Adi Jasa, seperti ingin tertawa kecil. Di coffee shop itu disediakan kertas untuk coretan-coretan.
Lucu-lucu tulisannya,
“Dukamu rezeki bagiku.”
“Biarkan orang-orang yang datang dan pergi menjadi pengalaman untuk upgrade diri dan pembelajaran bahwa semua yang kita lakukan itu harus berpijak di kaki sendiri.”
“Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.”
“Masa depan itu seperti kumpulan tempe. Tidak ada yang tahu.”
“Kamu tampan tapi ga ada duitnya.”
“Belajar buat nerima kenyataan ajalah. Semangat!”
“Capek banget pengen dipeluk. Dipeluk kekayaan, misalnya.”
“Di dunia ini masih ada orang baik. Jika tidak ada, jadilah salah satunya.”
“Jangan rebutan warisan.”
Hahahahaa… mari menertawakan hidup. Di saat kematian menjemput, bersiap menuju hidup berikutnya…