Dua anak muda cemerlang yang membaktikan hidupnya untuk organisasi.
Dalam perjalanan pulang ke Surabaya kemarin, senang bertemu dua anak muda di lingkungan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Surabaya. Bintang Arko, mahasiswa semester sekian Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga yang kini mendapat Amanah sebagai Ketua Komisariat GMKI Unair.
“Sebenarnya, sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMKI, syarat untuk mendirikan komisariat di sebuah kampus cukup punya anggota 5 orang. Tapi, entah kenapa dari dulu sulit terwujud,” kata Arek Suroboyo yang tinggal di kawasan Kupang, Pandegiling ini.
Bersama Bintang, kami berkeliling Surabaya dan sekitarnya. Berboncengan dengan motor Honda Beatnya. Ke Menganti, Gresik, dan berhenti di beberapa tempat makan. Bintang bercerita tentang tekadnya serius ke dunia politik. Diawali dari ketua komisariat, dan mungkin nanti bisa ke jenjang lebih tinggi. Saat ini, ia terlibat aktif di beberapa event politik, juga dengan kemampuan desain grafis tipis-tipis yang dimiliki.
“Kalau benar-benar mentok di politik, bisa jadi saya meneruskan usaha sarang burung walet keluarga saya di Pujon, Malang,” ungkapnya.
Dari Menganti, perjalanan saya bersama Bintang sampai di Adi Jasa, sebuah rumah jenazah di kawasan Surabaya Utara. Maksud hati kami ingin melayat Pendeta Sutrisno, namun kondisi tak memungkinkan.
Di Adi Jasa, kami berjumpa Blaise Clements Dave Pattiselano, Ketua Cabang GMKI Surabaya yang dilantik Oktober lalu. Saat serah terima jabatan itu, mahasiswa semester akhir Universitas Wijaya Kusuma ini berpesan, “Jangan sampai ada anggapan GMKI organisasi yang eksklusif, menjauhkan diri dari persoalan-persoalan kerakyatan. Ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama,” ujarnya.
Tidak banyak anak muda seperti mereka. Di antara pilihan hidup kuliah kelar, lulus cepat, segera dapat kerja, dan melanjutkan ke fase hidup berikutnya, orang-orang macam Bintang dan Blair memilih jalannya sendiri. Berorganisasi sejak muda di ‘Rumah Biru’. Ut Omnes Unum Sint, agar semua menjadi satu.