Tak banyak daerah di dunia ini seperti Garut: punya gunung, sekaligus punya pantai. Gunung Papandayan merupakan pilihan tepat ‘hiking’ bagi pendaki pemula.
Berkunjung ke Garut, tak lengkap jika tak menikmati wisata ‘hiking’ atau mendaki Gunung Papandayan. Letaknya tak jauh, hanya sekitar sejam berkendara dari pusat kota. Buka dari pagi hingga jam lima sore, tarif masuk per orangnya sekitar Rp 20-30 ribu, tergantung hari biasa atau hari libur.
Dari pos masuk, kita akan diarahkan untuk lokasi parkir mobil. Tinggal pilih, mau yang sehari balik atau menginap. Lokasi parkir tak jauh dari masjid, yang sekomplek dengan tempat berendam air panas dan toko-toko souvenir.

Setalah selesai menitipkan kendaraan, para pendaki masuk ke gerbang dan dihadapkan pada opsi tujuan. Dari yang paling dekat, Area Kawah Papandayan, hingga titik-titik berikutnya kian menanjak: Hutan Mati, Pondok Salada, Gubber Hood, hingga tempat untuk melihat matahari terbit. Dengan ketinggian puncak 2.665 di atas permukaan laut, gunung yang terletak di antara Desa Sirnajaya dan Desa Kramatwangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut ini merupakan gunung yang dikenal ramah bagi pemula karena jalurnya yang cukup landai.
Di area kawah, terdapat beberapa menjadi destinasi utama untuk para wisatawan seperti Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Dari dalamnya mengeluarkan uap yang berbau belerang.

Konon nama Papandayan berasal dari cerita rakyat yang mendengar suara gaib seperti seorang pandai besi yang mengolah besi menjadi perkakas. Kemudian, muncul nama Gunung Pandai yang artinya pengrajin besi.
Gunung Papandayan termasuk gunung api yang masih aktif, sehingga kawah-kawah di sana bisa berpindah-pindah secara acak. Setidaknya terdapat 14 kawah, Kawah Mas menjadi salah satu yang paling besar. Dari dalam kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap asap yang berbau belerang dan suara bergemuruh. Pendaki dapat melihat kawah secara dekat.

Selain dari destinasi kawah, Gunung Papandayan mempunyai Hutan Mati yang berasal dari letusan gunung. . Hutan Mati adalah pohon-pohon di dekat kawah Gunung Papandayan yang mati dan gundul karena bahan lontaran batu dan lumpur. Hutan Mati ini tidak jauh dari tempat perkemahan yaitu Pondok Salada. Dengan berjalan kaki sekitar sejam dari bawah, pendaki dapat menikmati pemandangan Hutan Mati.
Tempat terakhir yang bisa dikunjungi di Gunung Papandayan adalah Padang Edelweis Tegal Alun. Dari Hutan Mati, pendaki harus melewati medan yang menanjak terjal sekitar 50-60 derajat sebelum tiba. Jarak perjalanan dari Persimpangan Hutan Mati menuju punggung gunung menuju Tegal Alun berkisar 500 meter. Namun, demi alasan keamanan, beberapa kawasan seperti Tegal Alun dan area Puncak kini dilarang untuk dikunjungi.

Bagi pendaki pemula, hiking di Gunung Papandayan merupakan pilihan terbaik. Tak jarang, terlihat anak di bawah 10 tahun atau golongan usia senja di atas 60 an tahun naik atau turun menuju kawasan Hutan Mati.
“Yuk, semangat yuk, sudah dekat, kok,” kata para pendaki saling menguatkan.

Mendaki gunung seperti Papandayan, perlu mengamalkan beberapa tips…
- Jangan menyerah. Jangan berpikir untuk putar balik sebelum tujuan yang kita targetkan. Apakah ke kawah, Hutan Mati, Pondok Salada, Padang Edelweis, atau titik lain.
- Jangan hiraukan mereka yang bilang Anda akan capek, tidak mungkin berhasil dan melemahkan perjuangan Anda dengan bilang perjalanan masih jauh. Yang bisa menentukan dan mendorong batas kekuatan kita adalah diri kita sendiri. Push your limit!
- Teruslah meniti tangga menuju sukses, ikuti satu demi satu tahap. Tak ada yang instan untuk meraih keberhasilan.
Sampai jumpa di Papandayan!






I really like reading through a post that can make men and women think. Also, thank you for allowing me to comment!