Sudah lewat 22 episode di Season 2 Designated Survivor. Banyak hal terjadi. Dari tewasnya isteri presiden sampai ‘beneran mati’-nya Damian Rennett, agen Rusia yang punya hubungan keintiman dengan Hannah Wells.
Kini masuk episode pertama dari season ketiga Designated Survivor. Judulnya tagar #sistemnya bobrok.Tom Kirkman mencoba meraba peluang maju presiden Amerika Serikat periode kedua. Bukan dari Partai Republik, yang menjagokan mantan presiden dan eks menterinya, Cornelius Moss, atau Demokrat, yang memajukan mantan Walikota Washington DC dan eks wapresnya, Ellenor Darby.
Episode pertama season tiga menunjukkan keberhasilan jubir Seth Wright kala meminta Presiden Tom berimprovisasi kala kunjungannya ke Iowa terancam gagal. Sepi peserta pada rapat yang direncanakan. Namun, Tom mendatangi pengunjuk rasa dan mengeluarkan jurus ampuh pemimpin, yakni mendengar rakyatnya.
Tak disadari juga, ada semacam ‘promosi’ LGBT di sini. Kala Dante Evans, asisten dadakan Seth -laki-laki- bertemu pacarnya di bar. Sesama pria Afro American. Berciuman bibir.
Menarik kala Kirkman mengundang ‘grup band’-nya: para penasihat komunikasi: Seth Wright, Emily Rhodes, dan Aaron Shores.
“Jadi, aku butuh pendapat, saran kalian. Apakah aku bisa memenangkan pemilihan ini?” tanya Presiden Tom Kirkman.
Serempak mereka bertiga menjawab, “Ya.” “Aku memilihmu.” “Tentu saja.”
Saat itu Kirman menyela, “Tanggapan kalian semua bullshit. Omong kosong. Ayo jujurlah, aku bisa menang tidak. Katakan sejujurnya.”
Ditantang begitu, mereka pun mengeluarkan jawaban terdalamnya.
Semua diam. Sampai Seth, anak imigran keturunan India itu berkata, “Bukan mustahil. Tapi, aku tak melihat jalan terang untuk calon independen. Terlalu banyak rintangan struktural untuk dihindari tanpa dukungan partai.”
Aaron menambahi, bahwa Cornelius Moss akan banyak mendapat dukungan dari orang-orang tua dan kuno, sementara calon Demokrat akan didukung pemilih progresif, khususnya Afro-Americans. “Kalau Anda tetap maju, tapi ada di peringkat ketiga, itu tetap legacy,” kata Aaron.
Emily menjawab, “Anda akan bisa, tapi pertanyaannya salah.
“Bisakah aku menang, berfokus padamu. Seharusnya berfokus pada negara. Jadi harusnya, ‘Kenapa aku mencalonkan diri?’”
Itulah pemimpin. Jangan mau ‘dijilat’. Buatlah stafmu berani bicara terbuka.