Purwokerto, ibu kota Kabupaten Banyumas. Kota kelas menengah. Tidak terlalu ramai seperti Semarang dan Yogyakarta, tapi tentu tidak sesepi tetangganya: Purbalingga, Kebumen dan Purworejo, misalnya.
Tiga malam di Purwokerto menyegarkan jiwa. Perlu sesekali datang ke koat-kota kecil. Meski sebenarnya, kawasan yang nomor polisi kendaraannya pakai plat “R” ini bukan kota cilik. Penduduknya 250 ribu, termasuk pengguna “Bahasa Ngapak” yang khas di Jawa Tengah.
Selain Menara Pandang dan Baturraden yang ditulis terpisah, di Purwokerto pun ada Rita Mall. Ini pusat perbelanjaan legendaris. Dari dulu seluas Alfamidi, sampai kini berlantai lima dilengkapi CGV, Bread Talk dan outlet-outlet ternama lain.




Masuk toilet di Rita Mall, terbaca khas kalimat kearifan lokal di sana. Asyik ya.
Ke arah kawasan wisata Baturraden, mampirlah ke “Warunge Dewek”, spot kuliner Instagramable di tepi sawah.

Purwokerto, atau Banyumas umumnya, tampaknya menjadi rujukan pas untuk menghabiskan hari senja. Presenter dan jurnalis senior Andy Flores Noya memilih itu. Saya mengontaknya untuk mampir ke kawasan Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, yang terkenal sebagai penghasil durian. Sayang, pengasuh program “Kick Andy” Metro TV itu justru sedang di Jakarta. Selipan.
Saya balas, ya sudah, next kita ketemu di Jakarta saja. Tapi Bang Andy menjawab, “Enaknya memang kita ngopi di Puerto Rico, Jo,” katanya. Menyebut plesetan nama Purwokerto sebagaimana negara di Karibia yang menginduk ke Amerika Serikat itu.
Di berbagai media dan tokoh publik, Bang Andy berkisah, pada suatu hari Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso memberikan penghargaan pada tokoh-tokoh yang melakukan pemberdayaan ekonomi di tempat masing-masing. Waktu itu, ada sosok kepala desa yang mendapat penghargaan. Dia menjadi kepala desa di Desa Langgongsari, Cilongok.
Saat duduk berdekatan, Andy bertanya pada kepala desa itu mengenai letak desanya. Andy kemudian bertanya lagi, apakah dari sana kelihatan Gunung Slamet? Apakah dekat sawah? Apakah ada sungai? Apakah ada tanah yang dijual? Kepala desa menjawab bahwa semua yang Andy tanyakan itu ada di desanya. Singkatnya, ia mengeksekusi tinggal di Banyumas. Meski sudah punya rumah di Jakarta dan Jogja.
Selain karena ingin merasakan suasana pedesaan, ada keinginan lain dari Andy F. Noya dengan tinggal di Banyumas. Salah satu keinginan kuatnya adalah ingin memberdayakan masyarakat desa. Dalam hal ini ia memberdayakan anak muda untuk kembali ke desa.
“Kamu belajar di luar negeri, kamu belajar di kota-kota besar, tapi ilmu-mu itu jangan bermanfaat bagi kota besar. Tapi untuk desamu. Apalagi sekarang internet sudah masuk desa. Jadi sudah ada infrastruktur yang mendukung,” kata Andy, mengutip dari kanal YouTube Ganjar Pranowo
Di Puerto Rico, eh, Purwokerto, kita bisa menyerap kehidupan lebih kalem…
