Spot wisata di Purwokerto. Pernah viral karena tragedi, kini bangkit jadi tujuan plesir kelas BC.
Kejadiannya sudah lama. Hari kedua Idul Fitri Oktober 2006. Jembatan gantung itu roboh dan menewaskan 9 korban jiwa dari 50 orang yang ada di atasnya. Belasan tahun kemudian, lokasi wisata itu kian cantik dan menarik antusiasme pengunjung dari level menengah. Long weekend kemarin saya ke sana. Harga tiketnya Rp 25 ribu di hari libur.
Ada apa di Lokawisata Baturraden, kawasan wisata di sejuknya lereng Gunung Slamet, sekitar 7 kilometer dari Purwokerto, ibu kota Kabupaten Banyumas ini? Ada curug alias air terjun, air mancur, kolam renang, dan titik-titik wisata lain seperti spot terapi ikan serta menyantap sate kelinci.

Hikayatnya, Konon pada zaman dahulu di Kadipaten Kutaliman, wilayah yang letaknya sekitar 10 Km sebelah barat kaki Gunung Slamet, hidup seorang Adipati Kutaliman dengan istri, seorang puteri cantik, abdi dalem, seorang ‘Batur Gamel’ (pembantu rumah tangga yang mengurus kuda milik Adipati Kutaliman). Singkatnya, Batur Gamel mencintai Putri Adipati. Kedua orang itu diusir, dan, setelah anak mereka lahir, memutuskan tinggal di rumah sederhana di kawasan yang segar, sejuk, dan berada di lereng Gunung Slamet. Wilayah itu diberi nama Baturraden yang dalam bahasa Jawa berarti “Batur” (pembantu yaitu Batur Gamel) dan Raden (gelar kebangsaan Jawa untuk menyebut anak bangsawan, yaitu putri Adipati).
“Cerita itu beneran ada. Itu petilasannya,” kata Rinto, penjaga makam Batur Gamel di dekat pintu keluar lokasi wisata.






