Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Di Inggris sudah biasa orang mengakui “football” sebagai agama mereka
Mengunjungi Stadion Arena, markas Ajax Amsterdam. Salah satu kiblat sepakbola Eropa.
Rasanya tidak ada hal lain, di luar agama, yang mampu menyatukan sekelompok manusia dibandingkan fanatisme terhadap tim sepakbola. Itulah yang kita lihat dalam gemerlap pesta bola di Afrika Selatan sepanjang 11 Juni hingga 11 Juli ini.
Sepakbola memang bak punya kuasa magis untuk menimbulkan passion alias gairah tersendiri. Bill Shankly, salah seorang manajer tersukses di Liga Inggris, pernah berkata, “Some people think football is a matter of life and death. I assure you, it’s much more serious than that.”
Pendukung setia Liverpool. Lega atas kepastian tayangan gratis BPL.
Partai tanpa gol di White Hart Lane antara Totenham Hotspurs menjamu Manchester City pada Sabtu (14/8) menandai bergulirnya Barclays Premier League 2010/2011.
Sampai saat ini, Liga Inggris, -selanjutnya kita sebut dengan BPL- masih dipandang sebagai liga yang paling ditunggu di seluruh dunia, termasuk di antara jutaan penggila bola di Indonesia. Mengapa? Entahlah. Sudah 44 tahun Inggris tak mampu mencapai final Piala Dunia sejak mereka juara saat menjadi tuan rumah 1966. Ini liga paling bergengsi sedunia? Ah, masak.. Bintang Liga Inggris asal Portugal Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro, kini memegang rekor sebagai pemain termahal dunia dengan rekor transfer 80 juta poundsterling justru saat pindah ke Liga Spanyol pada musim 2009/2010. Rekor-rekor dunia sebelumnya juga bukan dipegang pemain yang pindah ke BPL, yakni Luis Figo (dari Barcelona ke Real Madrid, 2000) dan Zinedine Zidane (dari Juventus ke Madrid, 2001).
Para wartawan senior berada di balik buku reformasi sepakbola yang digagas Arifin Panigoro.
Di lantai 28 Gedung Energi, kawasan bisnis Sudirman, Kamis (5/8), sebuah buku diluncurkan dalam suasana semarak. Kemewahan terlihat, selain dari lokasi acara di jantung Jakarta, juga dari desain acara yang teratur, dan ketatnya pengamanan menuju lokasi pertemuan. “Iya dong, jangan sampai ada preman Nurdin Halid masuk, seperti saat peristiwa Kongres Sepakbola Nasional di Malang,” kata Yon Moeis, wartawan olahraga Tempo yang menyampaikan undangan menghadiri acara itu. Panitia acara ini, para jurnalis olahraga senior dan juga staf humas Grup Medco, menyambut tamu dalam balutan jersey merah, kostum timnas sepakbola Indonesia.
Pesta sebulan penuh Piala Dunia ke-19 telah usai. Apa yang bisa kita petik selain kian melekatnya julukan sebagai “bangsa nobar”?
Sergio Ramos dkk mengangkat Piala Dunia yang mereka menangkan: ada peta Indonesia di piala itu? (foto by: yahoo.com)
Subuh tadi, setiap sudut negeri ini dimarakkan dengan hajatan nobar alias “nonton bareng” final Piala Dunia 2010 antara Belanda melawan Spanyol. Mulai dari gang-gang di perkampungan, lapangan, kelompok-kelompok sosial, sampai kediaman pribadi Presiden SBY di Puri Cikeas, Bogor, semua larut dalam kesukaan. Tak peduli puncak perhelatan sepakbola empat tahunan ini berlangsung pada Minggu malam alias esok harinya merupakan hari aktif kerja.
Memangnya, siapa yang bertanding di Stadion Soccer City, Johannesburg, belasan ribu kilometer dari tanah air kita? Bukan soal, apakah Belanda atau Spanyol, atau tim lain, tapi sepakbola sudah menjadi ajang paling pas bagi warga Indonesia untuk melupakan diri sejenak (moga-moga benar hanya sejenak) dari kesulitan yang ada. Untuk sementara, lupakan tarif listrik naik, ledakan kompor gas di mana-mana, pencurian uang pajak, membengkaknya tabungan perwira polisi, sampai pembacokan aktivis anti-korupsi.