Barangsiapa bisa menyetir mobil dengan tenang, ia bisa menguasai dunia. (Jojo Raharjo)
Seorang kawan bercerita, ia melalui seleksi masuk menjadi wartawan di sebuah media dengan tes yang amat unik. Pemimpin koran itu mengajaknya masuk mobil, dan meminta kawan ini memegang setir untuk berputar-putar keliling kota. Sembari tetap konsentrasi mengendalikan mobil, calon wartawan ini diajak ngobrol ngalor-ngidul tentang data dirinya, visi-misi hidup, cita-cita, impian-impiannya di dunia kerja dan lain-lain. “Berat sekali, karena mata harus fokus bawa mobil, sementara telinga dan mulut mesti menjawab pertanyaan dan meladeni omongan dengan benar,” katanya. Syukurlah, ia lulus tes.
Seberapa sulitkah mengendarai mobil? Apa bedanya dengan menyetir motor?
Kalau Anda sudah memiliki Sim A dan mempraktekkannya sejak lama, tentu bisa menjawab pertanyaan itu dengan gamblang. Tapi, jika Anda baru bermimpi menyetir mobil, mungkin jawabannya antara gamang dan gambling.
Hari-hari ini saya mengimplementasikan keterampilan baru mengemudikan kendaraan roda empat. Namanya juga pemula, tentu jangan disamakan dengan mereka yang mengendarai mobil sebagai salah satu aktivitas harian, serutin orang Indonesia makan nasi. Beberapa tahun punya lisensi Sim A keluaran Polda Metro Jaya, saya masih saja grogi bin nervous. Masih terus berdoa amat khusuk, serta merasa perlu membuat tanda salib di jidat dan dada, sebelum menyalakan mesin mobil.
Ada beberapa pesan moral ingin saya bagi. Kalau Anda, terutama yang jauh lebih punya skill dalam hal satu ini ingin menambahkan, silahkan tulis di kolom komentar:
1. Menyetir mobil semata-mata adalah masalah keseimbangan
Balancing di sini berarti keseimbangan dalam segala hal. Indera penglihatan, misalnya. Instruktur kursus mobil saya mengingatkan untuk tak lupa melihat spion kiri dan kanan setiap dua detik. Kebayang bagaimana mempraktekkannya? Every two seconds, bung!
Keseimbangan lain yakni mengatur dua kaki. Kaki kiri mengurus kopling, dan kaki kanan bergantian menginjak pedal rem dan gas. Karena masalah keseimbangan di bagian bawah ini, seringkali saya terjebak di tengah jalan. Mesin mati di tengah jalan, terutama area tanjakan, diiringi deru klakson pengantri jalan nan tak sabaran itu.
Keseimbangan terpenting tentu ada di pikiran. Ketenangan dan kejernihan berpikir, itu kuncinya. Menghadapi jalanan yang stuck, lampu lalu-lintas tak kunjung menyala hijau, sampai keinginan mendahului “lawan” di jalanan sepi merupakan persoalan yang hanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
2. Relax, rileks, maka semuanya akan mengalir
Jangan biarkan ketakutan dan pikiran buruk menghantui. Semua pekerjaan akan berjalan baik bila dijalani dengan rileks. Serius tapi santai. Pastikan mood Anda berada dalam titik terbaik. Mulai dari posisi tempat duduk, sampai kanal radio atau lagu dari tape deck yang ingin Anda dengarkan. Dengan berpikir positif dan membiarkan jiwa dikuasai kenyamanan, niscaya sukses menyetir sampai tujuan dengan suasana menyenangkan.
3. Menyiapkan urusan teknis
Jiwa boleh beres, tapi kalau problem teknis belum diselesaikan tentu hasilnya akan Samjugbong: Sama juga bohong. Pastikan urusan teknis sudah selesai sejak awal. Mulai kecukupan air aki dan radiator (cairan pendingan), bahan bakar memadai –setidaknya sampai SPBU terdekat, recehan-recehan untuk dana tol dan polisi swasta, sampai “peta imajiner”, bakal lewat mana mobil ini diarahkan. Sedikit lengah untuk urusan kecil seperti ini, bisa panjang urusannya.
4. Fokus pada yang di depan, bukan di samping, atau belakang.
Seorang pembalap rally sangat membutuhkan navigator untuk membimbingnya menempuh perjalanan tiap etape. Tapi, sebagai seorang pengemudi mobil debutan, sebaiknya Anda lebih fokus pada pandangan di depan. Jangan mudah terpengaruh ocehan orang di samping atau belakang Anda, terlebih kalau celetukannya justru membuat Anda makin panik.
5. Di akhir semuanya: jam terbang
Kita akan bisa mengatasi sebuah masalah dengan lebih tenang jika kita telah memiliki referensi dan pengalaman mengatasi problem yang relatif serupa. Itulah kenapa seorang pilot dihargai profesionalitasnya menurut jam terbangnya, seorang wartawan dilihat dari pengalaman panjangnya liputan di daerah sulit, seorang arsitek dipandang dari berapa banyak rancang bangunnya, seorang pelukis dari masterpiecenya, dan seorang penata musik dicatat dari berapa kali ia memimpin konser besar. Demikian pula seorang yang mengaku bisa menyetir mobil akan ditanya, “Pernah nyetir sampai mana?” “Pernah di jalan berapa jam berturut-turut tanpa istirahat?” “Pernah lewat tol mana saja?” “Pernah ke Puncak, belum?” dan lain-lain. Maka, tak peduli Anda pernah begitu panik di tengah jalan, pernah nyerempet tong sampah atau pagar rumah, resep mempertajam keahlian menyetir tetaplah tiga hal yang sama: jam terbang, jam terbang, dan jam terbang.
Good, Tambahkan Feeling mengemudinya pak, kalo ketemu mobil dari depan dalam gang sempit. kira kira nyenggol gak yah? hehhehe
Selamat atas mobil anyarnya
Top sharing pengalamanya, entar kalau saya punya mobil akan coba praktekan. Slmt ya Jo, atas mobil barunya, kapan nih acara selamatanya di kalibata….he he he. Salam.