Pengalaman berharga nonton pemilu di tingkat kota.

Dua hari Selasa di Amerika Serikat, kami disuguhi nonton pemilu. Selasa pertama, bertepatan dengan berlangsungnya Super Tuesday, kami menjadi saksi pemilihan capres Partai Republik di Virginia, antara Mitt Romney atau Ron Paul. Selasa (13/3) kemarin, saat berada di Orange County, Florida, kami diajak ke sebuah kota kecil, Apopka, sekitar 1 jam perjalanan dari Orlando. Di Apopka tengah berlangsung pemilihan City Commisioner.
Rata-rata di AS setiap kota dikendalikan oleh Komisioner Kota, di sini beranggotakan 4 orang. Ibarat Komisaris perusahaan, Komisioner Kota ini nantinya akan memilih walikota untuk selanjutnya menjadi semacam direktur atau CEO dari sebuah kota.
Kami datang ke Apopka, kota berpenduduk 20 ribuan jiwa, untuk menyaksikan pemilihan anggota dewan kota “seat number 3”. Jadi hanya memilih satu orang untuk duduk di kursi ketiga, sementara tiga kursi lainnya sudah ada pemiliknya. Pada pilkada yang berlangsung dari jam 7 pagi sampai 7 malam di satu tempat pemungutan suara, berlokasi di pusat komunitas kota, ada empat calon bersaing memperebutkan 1 kursi Dewan Kota.
Menarik saat melihat empat kandidat dewan kota ini hadir membawa poster di luar TPS. Saya menjumpai langsug dua kandidat yang mengacung-acungkan poster atas namanya sendiri, mengingatkan warga agar memilih mereka. Sementara dua kandidat lain diwakili oleh mertua dan isteri mereka. Berbicara dengan mereka, latar belakangnya bermacam-macam: mekanik, pensiunan, maupun ibu rumah tangga. “Berbeda dengan pilpres, tak ada kampanye negatif di sini. Kami semua saling kenal baik,” kata salah seorang kandidat.
Di AS memang tak ada Minggu tenang. Pada Hari H Pemilu pun atribut kampanye tetap bercokol di sekitar TPS, setidaknya menggugah ingatan warga yang akan menjalankan hak pilihnya. O ya, cara pilih mereka asyik, gabungan dari tradisional dan modern. Setiap pemilih mendapat selembar kertas, lalu mereka mengarsir satu dari empat pilihan, menggunakan bolpoin hitam yang disediakan di bilik suara. Sesudah itu, kertas suara di-scan dan masuk dalam penghitungan. Jika merasa ada salah mengarsir, bisa diulang sampai maksimal tiga kertas suara.
Kepala daerah, jabatan profesional

Sehari sebelumnya, kami ke berkunjung ke Sanford, kota di tepi danau berpenduduk 50 ribuan jiwa. Di sini kami bertemu walikota, atau tepatnya disebut City Manager. Norton Bonaparte, sang walikota yang dipilih oleh Dewan Kota Sanford punya pengalaman kerja nan keren: pernah menjadi city manager di Texas dan New Jersey. Jadi, terkait dengan posisi layaknya CEO perusahaan, di sini walikota layaknya pekerjaan profesional. Bisa berpindah-pindah antar kota yang beda negara bagian sangat berjauhan.
“Saya dipilih oleh Dewan Kota, kemudian saya memilih ratusan orang, mulai kepala dinas, kepala polisi, kepala pemadam kebakaran, dan lain-lain. Dewan Kota bisa memecat saya, tapi mereka tak bisa memecat kepala-kepala dinas itu,” katanya. Yang perlu ditegaskan, city manager murni non-partisan. Sebagai profesional murni, sama sekali tak boleh ada kepentingan partai di dalamnya.
Hmmmm… kepala daerah yang profesional. Menarik juga. Pikiran pun melintas saat membaca berita-berita terbaru dari tanah air. Seorang gubernur dari satu provinsi mencalonkan diri sebagai kandidat gubernur provinsi lain. Bedanya, kalau di Indonesia, dorongan itu berupa perintah partai.
Salam Rabu pagi dari kamar hotel Embassy Suites, Orlando.