Portland, Oregon: Tiba di ‘Bogor’-nya Amerika

Tiga pekan berkelana, inilah kota terakhir dalam empat hari ke depan.

Never Forget, poster pembelajaran Homeland Security. Tahu beda gambar di atas dan bawah?

“Hey, how are you?” sapa seorang petugas keamanan Salt Lake City Int’l Airport pada saya saat pemeriksaan penumpang menjelang penerbangan dari Utah ke Oregon. Sudah biasa orang Amerika Serikat mengawali perjumpaan dengan kalimat seperti itu.

“Fine. Great. I really like Utah. So beautiful,” jawab saya sembari menyodorkan tiket dan paspor. Seperti biasa pula, saya ingin menjawab basa-basi dengan tak biasa.

“Ó, you like Utah? I don’t. Utah sucks!” jawab perempuan 50-an tahun itu.

Hahahahahaha… Saya dan Leung, teman peserta IVLP asal Hongkong, tersenyum simpul. Bagaimana mungkin seorang yang hidup, bekerja dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Utah mengaku tak mencintai negara bagian ini.

Tapi lupakanlah soal ibu petugas keamanan bandara tadi. Mungkin ia lelah menjalankan tugasnya memeriksa setiap penumpang pesawat, agar tak ada satupun penumpang gelap dan barang mencurigakan ikut dalam penerbangan. Phobia semacam ini dapat dimengerti pasca tragedi pembajakan pesawat dan insiden 9/11 sebelas tahun silam. Akibat serangan teroris yang menimbulkan trauma mendalam bagi warga AS itu, Presiden (saat itu) George W. Bush mengeluarkan Undang-Undang Homeland Security Act pada 2002, diikuti pembentukan kementerian baru, Department of Homeland Security. Undang-undang dan departemen inilah yang kemudian menjadi payung segala tindakan ketat pencegahan terorisme. Tak hanya di pesawat, tapi juga di gedung federal, perbatasan dan kawasan rawan lain.

Saya teringat poster yang terpajang di etalase majalah dinding jurusan politik University of Utah. Terjemahannya kira-kira, “Tak Kan Terlupa, itulah alasan kami mempelajari Homeland Security.” Anda tahu apa yang tak sama antara gambar di atas dan bawah poster itu? Yap benar, keberadaan Menara Kembar WTC New York, itulah pembedanya.

Tiba di Portland

Bersama Greg, pengemudi kami selama di Portland. Bersahabat dengan hujan.

Melewati segala pemeriksaan ketat di bandara Salt Lake City, termasuk melepas sabuk dan sepatu, jelang tengah hari kami masuk perut pesawat Delta Airlines yang terbang menuju Portland, negara bagian Oregon. Perjalanan ditempuh dalam dua jam, tapi karena Oregon waktunya sejam di belakang Utah, maka kami tiba menjelang jam satu siang. Kini, beda waktu dengan WIB menjadi minus 14 jam. Kalau di Jakarta Rabu jam 12 siang, di sini baru jam 10 malam hari Selasa.

Hal unik Portland adalah kondisi cuacanya. “Sudah biasa Portland seperti ini,” kata Greg Cory, sopir bus VanGo Tours, yang menjemput kami di Portland Int’l Airport. Pria bertopi koboi itu menjelaskan, sehari-hari Portland sering diguyur hujan. Saya pun terkenang percakapan dengan Alam Burhanan, broadcaster VOA seksi Indonesia di Washington DC, saat tahu destinasi IVLP berakhir di Portland. “Kotanya mirip Bogor, Jo. Hujan mulu. Orang Portland biasa jalan pakai jas hujan atau jaket yang ada tudung kepalanya,” katanya.

Apa menariknya Oregon? State ini ada di bibir Pasifik, pantai barat laut atau di kalau di peta ada di kiri atas Amerika Serikat. Oregon menjadi satu dari lima kawasan AS (bersama Delaware, Guam, Montana, dan New Hampshire) yang tak menerapkan sales tax alias pajak penjualannya 0 persen. Besaran sales tax di setiap negara bagian berbeda-beda, mulai 2 hingga 7 persen, yang kemudian diakumulasikan di setiap bill transaksi kita di restoran atau gerai Seven Eleven, misalnya.

Bisa jadi karena tak ada pajak penjualan itulah, produsen sepatu olahraga Nike mengambil markas di Oregon. Dengan alasan serupa, beberapa kawan berancang-ancang membeli oleh-oleh di sini. Saya? Nothing. Siang tadi sempat mampir ke Pioneer Place, mall megah di downtown Portland. Maunya nyari Blackberry, sebagai pengganti smartphone saya yang kecopetan di bis Bianglala Jakarta dua bulan lalu, tapi tetap saja harganya di atas 200-an dolar. Hehehehe…

Salam Selasa malam dari kamar hotel The Paramount, Portland.

0 Replies to “Portland, Oregon: Tiba di ‘Bogor’-nya Amerika”

Leave a Reply

Your email address will not be published.