Taman Mini yang Tak Mini

Terkesan kuno bila dibandingkan tempat hiburan modern, Taman Mini Indonesia Indah tetap bisa dibanggakan.

Einzel di Taman Mini. Riang di depan Istana Anak.

Ada berita menarik, saat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya mendaftarkan beberapa aset Indonesia yang memiliki nilai luar biasa sebagai warisan budaya dunia. Setelah sukses meregistrasi wayang, angklung dan batik masuk sebagai ‘World Heritage’ yang tercatat resmi di Unesco, kini Indonesia menominasikan tenun sumba, Taman Mini Indonesia Indah dan empat tarian sakral dari Bali sebagai warisan budaya dunia. Adapun Noken, tas khas dari Papua, November tahun ini akan disidangkan oleh UNESCO untuk menentukan apakah bisa dimasukkan dalam daftar warisan budaya dunia.

Libur Jum’at Agung pekan lalu, memenuhi janji yang tertunda pada Einzel, kami sekeluarga berlibur ke Taman Mini Indonesia Indah. Saking ngebetnya, seminggu sebelumnya, Einzel telah pula berdoa sebelum tidur, “Ya Tuhan, berkati kami agar Minggu depan dapat ke Taman Mini.”

Harga masuk Taman Mini hanya Rp 9 ribu per orang dan Rp 10 ribu per mobil. Tentu tak ada apa-apanya bila dibandingkan masuk ke Disney World Florida yang mencapai 75 AS dolar untuk tiket yang berlaku sehari. Memang, begitu masuk ke Disney World, kita tak lagi harus membayar ke setiap wahana, sementara saat ke TMII masih harus membayar Rp 5 ribu untuk masuk beberapa arena seperti Istana Anak atau menikmati kereta kelinci, Rp 25 ribu naik gondola, Rp 30 ribu masuk Teater Imax Keong Mas, sampai Rp 120 ribu masuk ke SnowBay Water Park. Dan, tentu saja beda dengan wahana permainan di luar negeri, untuk masuk toilet di banyak sisi TMII tetap harus bayar, Rp 2 ribu sekali masuk.

Einzel begitu riang menikmati gondola, bersama dua asisten rumahtangga kami yang merasakan kengerian sangat digantung di atas ketinggian 20 meter dari tanah. Padahal, pemandangan di atas kereta gantung Skylift itu sangat indah, termasuk melihat tanaman berwujud peta Indonesia yang terbujur di sepanjang danau buatan.

Proyek Mercusuar

Ayah Jojo (tengah) di depan Istana Disney World, Florida. Taman Mini tak kalah.

Digagas oleh Ibu Tien Suharto, ibu negara yang namanya sering diplesetkan sebagai ‘Miss Ten Percent’, gagasan membangun Taman Mini Indonesia Indah   tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada 13 Maret 1970. Pertemuan itu menyepakati, proyek miniatur Indonesia diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian pembangunannya dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

TMII mulai dibangun pada 1972 dan diresmikan 20 April 1975, di atas tanah seluas 150 hektar di kawasan Jakarta Timur. Tentu, tak mungkin membangun sebuah proyek di atas tanah seluas itu tanpa melakukan penggusuran. Memprotes ribuan rumah yang tergusur tanpa ganti rugi layak, mahasiswa bersatu dalam gerakan melawan kebijakan penggusuran pemukiman rakyat kecil akibat pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Hariman Siregar, aktivis mahasiswa Universitas Indonesia, menjadi orang di garis depan yang memprotes pembangunan TMII dan menganggap proyek itu Cuma memboroskan serta menguras ekspenditur negara. Protes boleh berjalan, tapi kehendak Cendana tak bisa dilawan.

Kini, hampir 40 tahun kemudian, TMII –dalam bahasa Inggris disebut “Beautiful Indonesia Miniature Park”- tetap berdiri. Terlepas dari sejarah penggusuran itu, Taman Mini menjadi tempat yang tepat untuk memperkenalkan Indonesia pada generasi baru. Waktu sehari tak bakal cukup masuk ke 33 anjungan daerah yang ada (Papua Barat menjadi provinsi terakhir yang punya etalase di sana). Belum lagi mau masuk ke aneka museum taman, maupun wahana permainan lainnya. Hanya mendaki dua lantai Istana Anak, yang sekilas arsitekturnya mirip istana di Disney World, Einzel sudah terengah-engah kepayahan. Jadi, Taman Mini sebenarnya bukanlah taman nan mini…

Leave a Reply

Your email address will not be published.