Liverpool menghentikan magis Gus Hiddink, lewat tendangan jarak jauh pemain “tong sampah”.
Begitu undian fase grup Liga Eropa di Monco akhir Agustus lalu menempatkan Liverpool satu grup dengan Anzi Makhachkala, sesungguhnya, yang ditakuti bukan lah sebuah klub baru dengan anggaran dana nyaris tanpa limit. Bukan pula dengan kehadiran Samuel Eto’o yang mencoba menemukan peruntungan baru di musim keduanya bersama klub asal Dagestan, Rusia itu.
Anzhi memang klub kaya baru, tak ubahnya Chelsea di era awal masuknya Jose Mourinho atau Manchester City pasca lengsernya Thaksin dan dibeli Sheikh Mansour bin Zayed. Dimiliki pengusaha tambang emas Suleyman Kerimov, orang terkaya ke-19 di Rusia, Anzhi membuat kejutan saat memboyong pemain-pemain berkarat, macam Roberto Carlos (kini menjadi direktur sepakbola), Eto’o, Yuriy Zhirkov, Chris Samba, dan Lassana Diarra. Tapi, sejujurnya, yang membuat gentar bukanlah nama-nama pemain itu.
Mulai Februari lalu, Anzhi sukses merekrut Guus Hiddink, pelatih bertangan ajaib yang akhirnya mengantarkan tim itu ke urutan kelima dan berhak mengikuti Liga Eropa. Hiddink dikenal sukses setelah mengangkat Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia 2002 dan membawa Australia ke putaran kedua Piala Dunia 2006, kalah oleh Italia, yang akhirnya menjadi juara, lewat gol penalti akibat ulah kontroversial Fabio Grosso. Selain kedua negara itu dan Belanda, Hiddink kemudian memoles dua tim nasional lain, Rusia dan Turki.
Meski gagal membawa Rusia lolos ke Piala Dunia 2010 dan Turki ke Piala Eropa 2012, Hiddink tetaplah nama yang disegani. Apalagi di sektor klub, ia tercatat pernah membawa PSV Eindhoven 9 jali juara Eredivisie, mengantarkan Real Madrid juara Intercontinental Cup 1998 dan Chelsea juara Piala FA 2009.
“Hiddinklah alasan mengapa saya pindah ke sini. Dia bener-bener spesialis ekselen. Klub ini benar-benar memiliki gairah baru pasca kedatangan Hiddink,” kata Chris Samba, pemain Inggris kelahiran Perancis, pindahan dari Blackburn.
Membawa Anzhi kali pertama ke Liverpool, Hiddink mengajak Eto’o dan kawan-kawan meletakkan bunga dukacita di Memorial Hillsborough yang berada di kompleks stadion Anfield. Harapannya, tentu selain meraih simpati Liverpudlian, juga agar mereka tak pulang dengan tangan hampa.
Kejutan Downing
Di lapangan, Anzhi menghadapi perlawanan keras Liverpool, yang tak mau malu di depan publiknya, seperti tiga pekan sebelumnya saat ditaklukkan Udinese 2-3. Melewati tanpa gol di tiga perempat permainan, sepakan kaki kanan Stewart Downing mengubah petunjuk angka. Downing, yang bersiap mencari klub alternatif setelah jarang dimainkan Brendan Rodgers mengulang gol tunggalnya ke tim Eropa musim ini, setelah Agustus lalu menumbangkan FC Gomel, juga lewat tembakan jarak jauh.
Akan halnya tembakan jarak jauh ini, tentu mengingatkan kisah Downing, yang konon dibeli Liverpool 20 juta pounds setelah tertipu melalui CD rekayasa menampilkan lima tembakan jarak jauhnya ke tong sampah sejauh 25 meter. “Dia sudah menjalani hari-hari yang sulit di sini. Gol tadi amat menambah kepercayaan dirinya,” kata Rodgers.
Tendangan jarak jauh Downing mengubah suasana di dua hari raya. Malam Idul Fitri, Liverpudlian terhenyak karena laga perdana Liga Primer berakhir dengan kekalahan 0-3 di kandang West Brom. Di malam Idul Kurban, pencapaian Downing membuat malam Eropa berakhir gembira, membawa Liverpool ke puncak klasemen Grup A.