Karya Arum cukup mantap. Kritiknya, ada di hal-hal kecil.
Tak sia-sia Arum Kusuma Dewi hadir liputan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia Jakarta mengenakan seragam khusus UMN TV. Ia tampil percaya diri, dan mengesankan sebagai reporter yang membanggakan almamaternya. Alat kerjanya bagus, juga cara berucap dalam membawakan laporan cukup tertata.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=DY-QUlf4T9w]
Arum pun tepat menyiasati salah satu prinsip jurnalistik televisi ‘hindarilah menyebut daftar’. Avoid the list. Di liputan Ielevisi, gambar harus selaras dengan suara yang keluar. Jika menyebut apa saja tuntutan buruh dalam demo kali ini, memang tepat saat ia menampilkan grafis daftar keinginan para pekerja yang turun ke jalan itu. Tapi, untuk pokok yang sama, Arum melakukan kekeliruan saat menyebut lokasi-lokasi yang menjadi konsentrasi unjuk rasa: di Bundaran HI, Gedung DPR/MPR, depan Istana Merdeka serta Gelora Bung Karno. Usahakan tak menyebut ‘list’ dalam liputan live.
Berhati-hatilah juga untuk hal kecil. The devil is in the detail. Saat stand-up, Arum berkata, “Saudara, sekarang saat ini saya sudah berada di Bundaran HI.” Baik ‘sekarang’, ‘saat ini’, dan ‘sudah’, memiliki makna yang sama. Sebaiknya pilih salah satu, demi menghindari repetisi atau pengulangan makna yang sama. Ini sama pada reporter-reporter lain yang kerap berucap ‘ratusan massa’, karena ratusan dan massa memiliki arti yang sama yakni ‘jamak’. Sebaiknya pilih salah satu.
Kesan selama proses liputan
Arum berangkat dari kampus bersama 4 rekannya pukul 8 pagi. Sesampainya di Bundaran HI, para buruh sudah mulai berdatangan. Bus-bus tak henti berdatangan dan mencari lokasi parkir. “Kami pun mulai mengambil gambar untuk footage, tetapi rasanya kurang bagus karena Bundaran HI belum penuh dengan buruh yang berdemo,” kisahnya. Maka mereka pun menunggu sebentar sampai suasana benar-benar ramai.
Setelah massa sudah memenuhi bundaran HI dan sekitarnya, mereka pun mulai berburu gambar. “Saking ramainya, saya sempat bingung mau mewawancarai siapa. Kami sempat ikut berdiri di dalam rombongan massa. Tapi lalu bingung, karena susah bergerak,” urainya.
Akhirnya Arum memilih untuk mewawancarai ketua KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia), Nining Elitos. “Sebelum bisa wawancara, saya mengantri dulu. Sebelum saya ada wartawan e-paper Kompas yang wawancara lama sekali dengan Nining.,” jelasnya. Arum memutuskan untuk menunggu dan berdiri tepat di belakang wartawan Kompas tersebut agar tidak keduluan yang lain.
Liputan kali ini sangat berkesan untuknya. “Meskipun cuaca saat itu sangat panas, tetapi saya terbawa suasana para buruh yang antusias memperjuangkan hak-haknya. Saya juga berkesempatan untuk melihat proses liputan dari berbagai media seperti Kompas TV dan Metro TV,” papar Arum yang menggunakan kamera Sony HXR-MC 50 dan recorder. Video diedit menggunakan software Adobe Premiere Pro CS6 dan Freemake Video Converter.
0 Replies to “The Devil is in the Detail”