Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Narasumber dan Reporter adalah Sejajar

Selain masalah kesetaraan narasumber, kritik terhadap reportase Ricky Halim ada pada live reportnya yang tertelan audio pengunjukrasa.

Dalam jurnalistik, posisi narasumber dan koresponden harus sejajar. Tak elok bila reporter menyebut narasumbernya dengan atribusi yang mengesankan narasumber lebih tua atau terhormat. Karena bagaimanapun, pemirsa televisi beragam posisinya. Ada pula, mungkin, pemirsa yang usianya lebih tua dari narasumber tengah menyaksikan tayangan itu. Jadi, tak perlu menyapa dengan sebutan bapak.

Pada liputan Ricky ia menyebut, “Sebelumnya Hari Buruh sudah ada, tetapi tidak dijadikan hari libur nasional. Keputusan ini dibuat Pak SBY pada Juli 2013”. Seharusnya, Ricky tak perlu menyapa nama SBY dengan sebutan “Bapak”. Boleh ia menyebut “Presiden”, tapi jangan “Bapak”. Ini berbeda kecuali saat menyapa langsung/wawancara. Masih bisa ditoleransi saat reporter menyebut narasumber dengan sebutan “Apa yang menjadi tuntutan, Bapak?”, atau “Bagaimana pendapat Ibu?”misalnya. Meski tetap akan lebih elegan jika reporter itu menyebut dengan “Anda”, sebagai simbol kesejajaran dengan narasumber.

Permasalahan lain dalam liputan Ricky, saat live report, suaranya tenggelam oleh musik “Bento” dan orasi para pendemo. Musik latar baik atau atmosfir liputan baik, tapi jika malah menutup suara reporter, sebaiknya memilih lokasi lain.

Selain beberapa kelemahan tadi, -dan juga audio yang kemresek saat wawancara- overall, semangat dan stok gambar Ricky sebenarnya ekselen. Juga narasi skripnya yang tertata rapi, layak diacungi jempol.

Leave a Reply

Your email address will not be published.