Subuh ini, saya memulai perjalanan. Jika Tuhan izinkan lancar, akan menempuh tiga penerbangan, melintas dua benua, 15 jam 28 menit perjalanan, 6 jam transit, dan melampaui jarak 7532 mil.

Semua karena kasih karunia-Nya. Tak terlintas sekalipun dalam rencana, tahun ini kembali menginjakkan kaki di Amerika Serikat (AS). Kenangan tiga pekan berkunjung ke beberapa negara bagian jelang Pilpres 2012 –yang mencatatkan sejarah terpilih kembaliya Barack Obama- belum pudar. Kali ini, tujuan muhibah bukan ke mainland, tapi ke Kepulauan Hawaii, negara bagian ke-50 AS.
Segalanya berlangsung dengan cepat dan sangat lancar. Sehari setelah merayakan hari jadi ke-37, seorang kawan datang dan menawarkan akses mengikuti Haggai Institute, sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan dan pelayanan yang bermarkas di Maui, Hawaii. Tahap demi tahap terlalui, dari bertemu regional representative Haggai Indonesia di Senayan City, mengisi formulir, diwawancara jarak jauh dari AS, hingga menyelesaikan berbagai persyaratan administrasi serta mengurus perizinan di kantor, kampus… dan tentu saja keluarga tercinta.
Pagi ini, saya memulai perjalanan, menggunakan jasa All Nippon Airways (ANA) NH 0836 dari Cengkareng Jakarta menuju Narita, Tokyo. Direncanakan tiba 15.55 waktu Jepang, transit lebih dari 3 jam, lalu lanjut terbang 7 jam lagi ke Honolulu naik United Airlines. Perjalanan akan disambung dengan penerbangan anatar pulau, dari ibukota negara bagian Hawaii, menuju Kahului, nama bandara di Maui, Hawaii.
Membayangkan ketatnya jadwal
Acara resmi training di Haggai Institute yang sesion ini berlangsung 25 hari dijadwalkan dalam rangkaian acara nan amat ketat. Dimulai Selasa, 30 September, dan hanya libur pada hari Minggu.
Nyaris sebulan penuh saya akan mengikuti pelatihan di lembaga yang diinisiasi John Edmund Haggai sejak empat dekade silam itu. Kebetulan, ibarat baterei, saya merasa sudah saatnya diri ini kembali di-‘charge’ agar kembali menyala terang, dan memberi sinar bagi sekeliling.
Sepertinya, dalam beberapa bulan terakhir, baterei itu melemah. Fungsi dan sistem Jojo bak robot, yang dikontrol jadwal begitu eksak dan terskema, meski kadang ada permasalahan dan dinamika kehidupan tak sama tiap harinya. Toh, dalam rutinitas problem itu, sudah tergambar pula SOP (Standard Operating Procedure) bagaimana memecahkan masalah, dalam tugas dan pekerjaan saya sebagai produser dialog di Kompas TV misalnya. Begitupula dalam ranah kerja dan aktivitas lain, benar-benar bak mekanisme yang telah diatur dalam textbook dengan rapi. Berulang dan sama. Day by day.
Maka, inilah saatnya, izinkan Jojo sejenak retreat. Menepi dari kehidupan, dan berharap –kalau Tuhan izinkan semua lancar- kembali pada 25 Oktober nanti, dengan baterei yang kembali full power…
Salam dari Terminal Internasional Bandara Soekarno-Hatta…