Hari ke-13 di Hawaii: Obat Kangen Bernama Kartu Telpon

Cara murah menghubungi keluarga dari luar negeri: beli kartu telepon murah.

Dreamers Phone Card. Harganya 5 dolar, bisa berbusa-busa di telepon.
Dreamers Phone Card. Harganya 5 dolar, bisa berbusa-busa di telepon.

Seorang kawan berkisah, setiap kali mendapat tugas ke luar pulau, pengeluaran terbesar yang tak bisa dihindari yakni biaya komunikasi. Menghubungi isteri dan anak menjadi cost khusus yang membengkakkan pengeluarannya. Sekarang sih semua terkonversi dalam biaya tagihan atau voucher pulsa. Kalau dulu, ada yang masih ingat era wartel di pinggir-pinggir gang kota besar di Indonesia?

Di beberapa negara, ada solusi khusus untuk urusan telepon internasional ini. Manfaat menggunakan kartu telepon murah setidaknya pernah saya alami saat bermuhibah ke Australia, Belanda, dan mainland Amerika. Harganya tak mahal, ada pilihan bahasa yang digunakan (tentu saja kita pilih bahasa Inggris, kecuali di Australia rekaman operatornya ada yang pakai bahasa Indonesia) serta pengingat berapa pulsa dan durasi menit tersisa.

Di kamar penginapan. Sempatkan telepon menembus belasan ribu mil.
Di kamar penginapan di Maui. Sempatkan telepon ke Ciledug menembus belasan ribu mil.

Hari pertama di Maui, solusi serupa pun didapat. Front office tempat menginap selama tiga pekan menyediakan kartu telepon itu. Mereknya ‘Dreamers Phone Card’. Sesuai namanya, seperti mimpi memang. Lima dolar AS, bisa buat menelpon fixed line selama 16 jam tanpa henti. Tentu akan beda sedikit kalau yang dituju telpon genggam. Tapi so far, layanannya oke. Cepat nyambung dan tidak kemresek. Padahal, saya menelpon rumah ke Ciledug, atau kantor isteri di Halim, nun dari sebuah titik kecil di tengah Samudera Pasifik.

Catatan saja, saya belum pernah melihat kartu telepon serupa di Indonesia, yang bisa dipakai telepon ke Eropa atau Amrik dengan murah. Ada yang bisa menjawab?

Banyak opsi komunikasi

Menggunakan skype dari Hawaii ke Brasil. Obat kangen teknologi tinggi.
Menggunakan skype dari Hawaii ke Brasil. Obat kangen teknologi tinggi.

Kini memang banyak pilihan berkomunikasi dengan murah, atau free ternyata. Ze, kawan saya dari Brasil di foto ini misalnya. Setiap break sesi yang cuma 30 menit, segera lari ke lobby, dan menyapa isterinya di Recife melalui sambungan skype. Komunikasi dengan audio visual tentu memberi sensasi sendiri, apalagi kami kawan-kawannya sering mengganggu (atau malah diminta menyapa) dengan ‘berdada-dada’ ke perempuan Latin itu.

Pilihan lain, pakai telepon seluler. Beberapa kawan menggunakan line, atau fasilitas bicara melalui Facebook, yang juga bisa menampilkan video chat. Sayang, saya belum sempat mengunduh fitur itu ke telepon pintar. Masih lebih suka pakai cara konvensional, pergi ke kamar dan memencet serangkaian nomor kode nan ribet (dari nomor 8 sebagai cara keluar dari sambungan hotel, nomor operator kartu telepon, pilihan bahasa, pin kartu, sampai kode negara tujuan, kode kota, dan nomor teleponnya sendiri). Byuh.. tapi meski begitu panjang daftar angka yang harus ditekan, lama-lama hapal juga.

Tapi aih, begitu nyambung, tak lama bicara, si kecil malah maunya nutup telpon. “Sudah ya ayah, dadah, dadah.. tut.. tut.. tut… tuuuuutt..”

Salam telepon kartu dari Maui, Hawaii..

One Reply to “Hari ke-13 di Hawaii: Obat Kangen Bernama Kartu Telpon”

Leave a Reply

Your email address will not be published.