Setidaknya, saat ini ada dua isu mengemuka di negeri Abang Sam.
Kalau ditanya, apa berita Amerika yang sedang ramai saat ini? Sebenarnya tak banyak yang bisa saya jawab. Dengan perkembangan dunia digital nan begitu cepat, akses memperoleh berita online yang saya miliki tak beda dengan teman-teman di Indonesia. Malah, waktu saya lebih sempit, karena dihimpit sesi-sesi pelatihan nan padat dari Senin hingga Sabtu, pagi sampai petang menjelang.
Ditambah lagi, saya berada di Maui, sebuah pulau tempat rekreasi. Jauh dari hiruk-pikuk pemerintahan di mainland Amerika. Bahkan dari Honolulu, ibukota negara bagian Hawaii, pun masih butuh penerbangan sekitar 30 menit. Membayangkan Maui, bisa dilihat dari foto-foto pesohor Behati Prinsloo yang dimuat di situs Tempo ini.
Berbeda saat pernah main ke Australia 2007 dan 2008, pelatihan di Belanda 2010, atau berkeliling melihat persiapan Pilpres di AS 2012, saya punya akses televisi di kamar hotel. Sekarang tidak. Di ruangan penginapan hanya ada radio merangkap jam. Mau buka internet malam-malam, kadang sudah amat letih.
Satu-satunya kesempatan nonton televisi yakni mampir ke serambi di samping front office gedung. Ada televisi kabel 29 inchi yang dipasang di sana. Tak banyak yang nimbrung nonton teve malam hari, karena kebanyakan lebih suka nyuci baju, meriung di tempat gym atau kolam renang beserta jacuzzinya.
Paling tidak, hari-hari ini ada dua isu utama di Amerika Serikat, seperti tampak di ‘developing news’ CNN dan Fox News. Pertama, ebola. Lima bandara utama di AS kini memberlakukan screening ketat untuk mengantisipasi ebola, khususnya bagi penumpang yang datang melalui penerbangan dari Afrika Barat. Pemeriksaan temperatur dilakukan di Bandara John F Kennedy di New Yark, Newark Liberty di New Jersey, Dulles di Washington DC, O’Hare di Chicago, dan Hartsfield-Jackson di Atlanta.
Bukan kengerian pertama
Ebola merupakan penyakit akibat virus, yang menyerang manusia maupun primata lainnya. Virus mematikan yang belum ada obatnya ini pertama kali diidentifikasi di tahun 1976 di kota Nzara, Sudan, dan Desa Yambuku, Republik Demokratik Kongo. Nama Ebola berasal dari Sungai Ebola, yang mengalir berdekatan dengan Desa Yambuku. Sejak kembali mewabah Maret lalu, 1800 orang telah meninggal dunia akibat virus ini. Pada 8 Agustus lalu, WHO menetapkan wabah Ebola tahun 2014 ini sebagai darurat kesehatan internasional. Dalam kurun waktu kurang lebih lima bulan, virus Ebola telah menyebar di seluruh penjuru Afrika Barat: Guinea, Liberia, Sierra Leone, hingga Nigeria.
Awalnya pengidap ebola merasa panas, pusing, dan nyeri otot, hingga kemudian ia dapat meninggal dengan cepat, kira-kira dalam waktu 3 minggu. Ini karena masa inkubasi virus Ebola dalam tubuh berlangsung sangat cepat. Virus Ebola masuk ke sel pembuluh darah manusia dan menyebabkan kebocoran pembuluh darah. Penderita akan merasakan dehidrasi luar biasa dan membutuhkan cairan khusus yang mengandung elektrolit.
Ada berita tidak lucu, karena bercanda menyatakan dirinya membawa virus Ebola, seorang penumpang pesawat US Airways 845 mendapat perlakukan amat ketat saat mendarat di Dominika. Empat orang berpakaian steril membawanya keluar dari pesawat, seolah-olah ia pembawa penyakit mematikan. “Tidak, saya bercanda, saya tak punya ebola, dan saya bukan dari Afrika,” katanya meronta-ronta. Tapi, peraturan keamanan dari pesawat AS membuatnya tetap harus mendapat perlakukan demikian.
“Ebola is no laughing matter, especially not at airports or on planes, where screenings have gotten tighter,” itu lead berita CNN. Ebola bukan hal yang bisa jadi bahan becandaan. Kengeriannya mengingatkan kita pada saat awal merebaknya HIV/AIDS, flu burung, dan juga SARS.
Ebola menjadi satu dari dua primadona kepala berita televisi dan media lain beberapa hari terakhir. Bisa menebak apa headline besar lain? Yap, ISIS.
Salam hangat dari Maui, Hawaii…