Bersiap kembali ke Indonesia. Di sanalah tantangan sebenarnya menanti.
Orang Hawaii punya cara sendiri untuk mengucapkan selamat berpisah. “Kami tak memakai kata goodbye atau selamat tinggal, tapi A hui kaua, until we meet again,” kaat Emoto, kakek tua asli Pulau Maui, yang dalam pelatihan banyak membantu di bidang teknologi informasi.
Ketika di laman ini saya menulis posting terakhir dari Portland, Oregon dua tahun silam, sama sekali tak ada mimpi bisa kembali menjejak bagian dari negeri Abang Sam. Salah satu alinea dari posting 25 Maret 2012 itu berisi:
“Saya tak hendak berujar, “Good bye”, atau “Sayonara” pada Amerika. Sebaliknya, saya ingin berucap, “Sampai Jumpa, See You Again, US!”. Entah kapan bisa ke mari lagi. Jikalau memang tak ada kesempatan kembali ke sini, mungkin bukan saya, tapi Einzel atau Kira yang mewujudkannya. Semoga mereka bisa mendapat pengalaman lebih dari saya. Mampir ke New York yang tak sempat disinggahi ayahnya, melihat Statue of Liberty, sekaligus membuktikan, apakah patung penanda kemerdekaan itu memegang obor dengan tangan kiri atau kanan.”
Kini saya kembali menuntaskan perjalanan hampir sebulan di negara bagian lain di US. Banyak pengalaman, banyak tempat baru dikunjungi, dan tentu jejaring baru dari berbagai belahan dunia. Tapi, tetap saja, setiap hendak menyelesaikan sebuah program di luar negeri, yang ada di pikiran hanya satu: segera kembali ke Indonesia. Karena di situlah tantangan nyata kehidupan.
Indonesia yang menantang
Indonesia itu menantang. Dinamika Jakarta dengan macet dan pergerakan ekonomi serta kesibukan nan amat tinggi, seharusnya, merangsang produktivitas tinggi pula. Tanyalah beberapa kawan yang lama tinggal di negara maju nan hidup teratur seperti AS, Eropa Barat, atau Kanada. Kebanyakan dari mereka merasa bosan. Monoton karena semua serba rapi dan teratur. Memang, banyak hal sudah disediakan pemerintah, dari akses transportasi nan mudah sampai jaminan layanan kesehatan hingga hari tua. Tapi, tetap saja, kondisi seperti itu menjadikan hidup kurang tantangan.
Jadi, mari mensyukuri tinggal di Indonesia dengan dinamika dan kepadatan yang luar biasa. Pertumbuhan ekonomi masih di atas 6 persen, pemerintahan baru nan (katanya) menjanjikan, tanah surga yang tongkat dan batu jadi tanaman…
Tapi, rasa syukur itu tampaknya akan mendapat ujian berat, kalau benar harga bensin beberapa hari lagi bakal naik 3 ribu perak per liternya… Uuuuuppppssss…
Tetap bersyukur.
Salam A hui kaua, semoga bisa kembali lagi, dari Maui, Hawaii…