Yogya yang Merasa Teraniaya

Pasca ‘sepakbola gajah’ PSS Sleman v PSIS Semarang dan hukuman yang dijatuhkan PSSI, timbul solidaritas warga kabupaten di pinggir Yogyakarta pada tim berjuluk ‘Elang Jawa’ itu.

warasBerkunjung ke Sleman, wilayah kabupaten yang mengitari kota Yogyakarta, tampak sekali betapa emosi penggemar sepakbola di sini amat teraduk-aduk. Usai pertandingan yang dibuat malu dengan lima gol bunuh diri dalam laga Divisi Utama 26 Oktober 2014 di Stadion Sasana Krida Yogyakarta, PSSI memberikan hukuman berat kepada dua pihak.

https://www.youtube.com/watch?v=LOA4sB944-w&hd=1

Hukuman seumur hidup dan denda Rp 100 juta diberikan kepada para pelaku gol bunuh diri yakni penjaga gawang Adi Nugroho, Kumaedi, Saptono, dan Fadli Manan dari PSIS Semarang serta kiper Rianto, Agus Setiawan dan Hermawan Putra dari PSS Sleman. Sanksi larangan seumur hidup berurusan dengan bola juga dilayangkan kepada pelatih PSS Heri Kiswanto dan arsitek PSIS Eko Riyadi. Kedua tim ingin mengalah agar terhindar dari Pusamania Borneo FC dari grup yang lain dalam semifinal Divisi Utrama dan memperebutkan tiket Indonesia Super League.

togetherSanksi lima tahun larangan bermain sepak bola dan denda Rp 50 juta diberikan kepada pemain PSS dan PSIS. Dari PSIS, pemain yang mendapatkan sanksi adalah Sunar Sulaiman, Anam Syahrul, Taufik Hidayat, Andik Rahmat, Elina Soka, Vidi Hasiolan, dan Frengky Mahendra. Sedangkan dari PSS yakni Marwan Muhammad, Satrio Aji, Wahyu Gunawan, Ridwan Awaludin, Anang, Eko Setiawan, Mudah Yulianto, dan Moneiga Bagus.

kawalKini, datanglah ke Yogyakarta, khususnya masuk wilayah Sleman. Bukannya malu dan mengecam perbuatan timnya, Slemania –julukan pendukung PSS Sleman- justru menumpahkan kemarahannya kepada PSSI. Mereka beranggapan, kondisi sepakbola Indonesia –terutama mafia sepakbola nan mengakar- adalah sebab utama tim kesayangannya bertingkah.

Melalui fanatisme dalam spanduk berlumur cat semprot itu, sebenarnya layakkah PSS dibela?

Leave a Reply

Your email address will not be published.