Komando, Tujuh Huruf Membawa Kebaikan

Pasukan elit Indonesia giat mereformasi diri. Dulu, mereka terkenal dengan ungkapan, “Komando: tujuh huruf membawa maut”.

Prajurit Komando bersama pimpinan Transmedia & CNN Indonesia. Nyanyi dan joget bersama.
Prajurit Komando bersama pimpinan Transmedia & CNN Indonesia. Nyanyi dan joget bersama.

Memasuki komplek Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Cijantung serasa dihadapkan pada dua hal. Di satu sisi, ada kebanggaan menginjak salah satu markas pasukan elit Indonesia, dengan kehebatan diakui dunia, bahkan disejajarkan dengan ketangguhan SAS –Special Air Services- pasukan elit Inggris yang menang usia lebih tua. Di sisi lain, kondisi permukiman nan sederhana, perpustakaan dan museum sejarah serba konvensional seperti menunjukkan potret anggaran minim bagi sektor pertahanan negeri ini.

Markas Kopassus Cijantung merupakan lokasi Grup 4/SandhiYudha dan Grup 5/Anti Teror. Sementara Grup 1/Parakomando berada di Serang, Grup 2/Parakomando di Kartasura, Jawa Tengah, serta Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus di Batujajar, Kabupaten Bandung.

Masuk ruang pertemuan, kesan markas tentara nan bersahaja nampak dari interior ruangan yang serba simpel. Dua lukisan besar, potret Jenderal Sudirman dan Gatot Soebroto ada di kiri kanan panggung. Selain itu, terpasang beberapa pigura besar berisi kata-kata penyemangat beserta foto-foto kegiatan. Beberapa di antaranya, “Jadilah Prajurit yang Ahli dalam Melakukan Hal yang Penting”, “Bila dalam Hatimu Merasa bahwa Kau Akan Kalah, Sesungguhnya Kau Sudah Kalah”, serta “Kopassus Style: Senyum, Sapa, Salaman”

Baik-baik dengan rakyat

Senyum, Sapa, Salaman. Kopassus mendekatkan diri dengan rakyat.
Senyum, Sapa, Salaman. Kopassus mendekatkan diri dengan rakyat.

Terkait slogan terakhir, Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo menegaskan upaya pasukan baret merah mendekatkan diri dengan rakyat. Mantan Danpaspampres ini berkisah, kalau dulu Kopassus terkenal dengan julukan ‘Komando, tujuh huruf membawa maut’, kini berharap mengubah diri sebagai ‘tujuh huruf membawa kebaikan. “Biarlah istilah tujuh huruf membawa maut itu diperuntukkan bagi musuh Negara seperti teroris. Kopassus di manapun berada harus membawa kebaikan,” kata pria asal Jawa Barat kelahiran 51 tahun silam itu.

Doni, yang sebelum memimpin pengawalan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat Wadanjen Kopassus ini mencontohkan keberhasilan Kopassus dalam upayanya mendekatkan diri dengan rakyat. “Pada bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, baru-baru ini, dari 90 lebih jenazah, 47 di antaranya ditemukan oleh anggota Kopassus yang hanya berjumlah 35 orang,” paparnya.

Dengan moto ‘Berani, Benar, Berhasil’ serta lecutan semangat ‘Lebih Baik Pulang Nama Daripada Gagal Dalam Tugas’, Kopassus mencoba meneruskan tekad yang dicetuskan Jenderal Ryamizard Ryacudu saat menjabat Kepala Staf Angkatan Darat, “Baik-Baik Dengan Rakyat!” Karena itu, selain 3 S –Senyum, Sapa, dan Salaman, Kopassus mencanangkan tiga jangan: jangan melotot, jangan marah, dan jangan memukul.

Leave a Reply

Your email address will not be published.