Selamat Berekspedisi Ucok dan Dandhy!

Membawa bendera Ekspedisi Indonesia Biru, dua jurnalis berkeliling Indonesia dalam waktu setahun penuh. Konsepnya, menawarkan ‘backpacking jurnalism’.

Ucok dan Dandhy meninggalkan markas Watchdoc. Mengitari Indonesia dalam satu tahun.
Ucok dan Dandhy meninggalkan markas Watchdoc. Mengitari Indonesia dalam satu tahun.

Tahun baru belum lewat setengah matahari saat pagi tadi Dandhy Dwi Laksono dan ‘Ucok’ Suparta Arz mengawali rangkaian perjalanan mereka keliling Indonesia. Dari sebuah komplek permukiman kelas menengah di Jaticempaka, Pondok Gede, dua motor Honda Karisma menjadi teman ekspedisi.

“Kami sudah riset, tanya ke orang bengkel, motor bebek apa yang paling kuat. Jawabannya ya Honda Karisma,” papar Dandhy. Dengan bantuan bengkel kepercayaan, motor empat tak itu pun mengalami modifikasi seperlunya. Slebornya dibuat ala balap, begitupula setelan-setelan mesinnya dibuat senyaman mungkin untuk petualangan jarak jauh.

“Kami punya misi mendokumentasikan dan mempublikasikan sejumlah isu, terutama aktivitas ekonomi masyarakat (livelihood), keragaman hayati (biodiversity), kearifan budaya, isu energi, dan lingkungan hidup,” papar Dandhy, jurnalis yang pernah meliput untuk Warta Ekonomi, Radio Ramako, PAS, Smart, Aceh Kita, SCTV, RCTI, dan Berita Satu TV. Dandhy akan mengoptimalkan keahliannya sebagai jurnalis video dan documentarian, sementara Ucok –anggota AJI Banda Aceh- menjalankan fungsi jurnalis foto.

Kepergian Dandhy dilepas juga oleh isterinya, Irna Gustiawati, redaktur pelaksana liputan6.com. “Inilah pentingnya seorang jurnalis memiliki isteri yang rela melepas suaminya untuk misi seperti ini,” kata pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur itu.

Jurnalisme tas ransel

Melepas ekspedisi Indonesia Biru. Segala doa sehat dan sukses untuk Dandhy-Ucok.
Melepas ekspedisi Indonesia Biru. Segala doa sehat dan sukses untuk Dandhy-Ucok.

Dandhy juga menjelaskan, perjalanan yang disebutnya sebagai ‘ekspedisi kere’ ini menawarkan genre baru jurnalisme yakni ‘backpacking journalism’. Menurutnya, perjalanan ini adalah ‘jurnalisme tas ransel’, di mana semua perlengkapan dan peralatan dibawa, tanpa tim pendukung atau kru.

Rute awalnya Banten ke, menyusuri sisi selatan Pulau Jawa, terus ke timur melintasi Bali, Nusa Tenggara, Timor, Papua, Kepulauan Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan kembali ke tanah Jawa. Jika tulisan ini Anda baca pada Kamis (1/1) petang atau malam hari, mereka mungkin tengah beristirahat dan menginap di Rangkasbitung.

“Ada beberapa daerah yang tak akan terjangkau motor. Misal, perjalanan di NTT, Maluku atau Papua. Susah memaksakan motor berjalan di medan yang aspalnya tak bersahabat di sana,” kata Dandhy. Pada kondisi seperti itu, dua motor rencana akan dikirim langsung ke daerah tujuan lain, misal Makassar. Perjalanan ini akan menempuh tak kurang dari 10.000 km dan diharapkan kembali ke Jakarta, pada sebuah sore 31 Desember 2015, dibiayai secara swadaya dan sebagian peralatan dan logistik didukung oleh WatchdoC (watchdoc.co.id). Bahan-bahan riset dibantu oleh Mas Farid Gaban (The Geo Times) yang pernah melakukan ekspedisi Zamrud Khatulistiwa (2009-2010).

Berbagai bahan publikasi dan perkembangan terkait ekspedisi ini, bisa dinikmati khalayak di media umum maupun media sosial sepanjang perjalanan, termasuk laman facebook ‘Ekspedisi Indonesia Biru’:

https://www.facebook.com/pages/Ekspedisi-Indonesia-Biru/735935876489949?ref=hl

Dandhy Dwi Laksono (dandhylaksono@gmail.com) pemilik akun twitter @dandhy_laksono dapat dihubungi melalui nomor telepon dan WhatsApp: 08129066157 sementara Suparta Arz alias @ucokparta (parta123@supartaphoto.com) membawa ponsel ber-WA di 08126934914.

Sehat senantiasa, selamat berpetualang kawan, selamat menikmati Indonesia dengan cara yang tak biasa!

Leave a Reply

Your email address will not be published.