Di hari kerja pertama 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga mengumumkan Tim Sembilan untuk membenahi sepakbola Indonesia.
Jumpa pers itu awalnya berlangsung lebih cepat dari jadwal semula. Sebelumnya informasi yang beredar, Menpora Imam Nahrawi akan member keterangan kepada media terkait Tim 9, Persiapan Sea Games 2015 dan refleksi olahraga Indonesia 2014 pada 14.30. Tapi, beredar lagi kabar jumpa pers dilangsungkan 10.45 sebelum Salat Jum’at. Faktanya, sudah lewat pukul 11.00 acara belum juga mulai hingga seperempat jam kemudian.
Imam Nahrawi sadar media. Masuk ke ruangan media centre, ia memberikan kesempatan fotografer mengambil gambarnya sambil mengangkat tangan kanan setengah dada. “Selamat Tahun Baru ya,” kata mantan Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa itu. Di awal orasinya, Menpora menyampaikan rasa duka atas musibah Air Asia QZ 8501. Ia memaparkan, sedianya keterangan pers akan berlangsung di hari terakhir 2014. “Suasana duka membuat kami menunda pengumuman ini,” kata pria asal Madura itu.
Akhirnya, entah karena waktu juga tak panjang atau karena strategi media agar beritanya lebih ngangkat, Menpora hanya mengumumkan anggota Tim 9 dan tak berbicara topik lain seperti direncanakan.
Nama-nama mantap, tinggal kerjanya
Imam Nahrawi memaparkan, bahwa Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Walikota Bandung Ridwal Kamil, akan membantu secara informal Tim 9 yang bertugas mengevaluasi sepakbola nasional Indonesia. Selain itu, Kemenpora bekerjasama dengan lembaga lain seperti KPK, Komisi Informasi Pusat, dan Ombudsman.
Sembilan nama yang diumumkan sebagai anggota Tim 9 punya latar belakang mentereng, yakni sosiolog Universitas Indonesia Imam Budidarmawan Prasodjo, wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy, mantan pemain timnas dan Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI Ricky Yacobi, Deputi V sekaligus jurubicara Kemenpora Gatot Sulistiantoro Dewobroto, akademisi Universitas Negeri Surabaya Nur Hasan, mantan anggota Komisi I DPR dan Dubes RI di Swiss DJoko Susilo, Mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/PPATK Yunus Husein, mantan – Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko Tjiptadi, dan mantan Wakapolri Oegroseno.
Nama-nama anggota Tim 9 ini mengejutkan. Latar belakang mereka cukup komplek. Dari KPK dan polisi misalnya, diharapkan bisa menelusuri modus-modus korupsi anggaran dan praktek suap. Dari PPATK, mungkinkah Tim 9 bisa mengungkap transaksi gelap, serta rumitnya pengelolaan triliunan uang yang berputar di PSSI, terkait hak siar, bantuan FIFA, manajemen dana kompetisi dan lain-lain. Lapangan dan tempat TC timnas junior di Sawangan, misalnya. Tak jelas bagaimana statusnya. Milik federasi? Atau POR Pelita Jaya? Konon bantuan dana FIFA miliaran dolar AS rutin terkirim untuk membenahi infrastruktur komplek olahraga di Desa Bojongsari, Depok itu. Begitupula terkait aset dan manajemen keuangan lainnya.
Menpora menekankan bahwa tugas Tim 9 tidak hanya mendampingi menteri, tidak hanya melaporkan hasilnya selama 2-3 bulan, melainkan juga akan menggali, menelusuri apa sebenarnya yang menjadi kendala kita dalam sepakbola ini. “Termasuk masalah keuangan, pembinaaan, fasilitas serta yang lainnnya. Ini bukan kepentingan Imam Nahrawi secara pribadi, ini adalah kepentingan bangsa Indonesia,” tegas Menpora.
Harapan begitu besar dibebankan kepada Tim 9. Mungkinkah mereka bekerja optimal, independen dan benar-benar membawa sepakbola Indonesia ke arah perubahan lebih baik? Ibarat klub, materi pemainnya sudah bintang lapangan, dana ada, kekuatan kebijakan cukup, tinggal bisakah memenuhi harapan para pendukungnya?