Merry Riana, antara Kisah Sukses dan Roman Percintaan

Film yang memotivasi. Tapi kurang ‘detail’ menunjukkan cara menggapai sukses, serta kurang teliti menggambarkan Singapura masa itu.

Menonton film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar –yang diadaptasi dari buku biografi berjudul serupa garapan Albertine Endah, semula berharap banyak. Harapannya, seusai menyaksikan film produksi MD Pictures, penonton akan tahu bagaimanan detailnya Merry bisa mendapat gelar Star Club President, Top Rookie Consultant of the Year Award, Top Rookie Manager of the Year Award, Top Manager of the Year Award, dan Agency Development Award.

Tapi, hingga kelar 105 menit film ini, tak banyak “detail” teknis bagaimana cara menjadi kaya itu, termasuk sejuta dolarnya Merry nan fenomenal. Kecuali inspirasi dari hidupnya yang ulet, suka menolong, dan tahan menghadapi berbagai penolakan. Sebuah hal yang umum saat seseorang memutuskan terjun dalam bisnis sales industri keuangan, termasuk di dunia asuransi.

Bagian paling besar dalam film ini, justru terlalu menonjolkan unsur romansanya. Bagaimana Merry Riana (diperankan Chelsea Islan) menjalin perkenalan hingga putus nyambung dengan Alva Tjenderasa (Dion Wiyoko), sang penjamin kuliah, sekaligus mentor bisnisnya, dan akhirnya –meski tak diperlihatkan di film- menjadi suaminya. Termasuk juga hubungan segitiga mereka dengan Irene (Kimberly Ryder) sahabat Merry yang awalnya naksir Alva tapi bertepuk sebelah tangan.

Pesan kerusuhan

Mampang Prapatan-20150105-00055Film ini juga memberi pesan bagaimana Kerusuhan Mei 1998 bisa mengubah nasib orang, baik nasib buruk, hingga sukses di negeri orang. Film ini dibuka dengan ‘drama perang’ saat orang tua Merry (Ferry Salim & Cyntia Lamusu) menjual apa yang menempel di badan, demi membeli selembar tiket untuk kabur dari Indonesia. Yang penting Merry selamat, pikir mereka.

Maka Merry tiba di Singapura sendirian. Dengan bekal uang yang untuk beli makan lima kali saja akan habis, ia harus mencari tempat tinggal dan bertahan hidup. Kuliah dan sukses yang menjadi cita-citanya terasa begitu jauh. Dari kisah terlunta-lunta, ditolong sahabat, bertemu cowok penjamin, sampai jatuh bangun mencari uang di negeri orang, itulah alur film yang disutradarai Hestu Saputra ini.

Film yang menarik –terutama bagi pangsa anak muda dengan cinta-cintaannya itu. Catatan kecil, bagi yang paham detail Singapura tentu paham bahwa di era 1998 hingga 2000-an, pemandangan Marina Bay Sands belumlah sekomplet itu. Menara Menara Bay setinggi 70 lantai itu baru dibuka pada 15 Februari 2011, sementara hari-hari awal Merry berlangsung pada tahun-tahun terakhir 1990-an.

Apapun, film ini memotivasi. Sukses lahir karena persistensi. Ketekunan. Seperti kata Merry, “I might not be the smartest nor the strongest, but I am the most persistent.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.