Dua Jempol untuk Pendakwah Anti Rokok

Buku kedua dari kumpulan status Facebook seorang Fuad Baradja. Seleb yang berani menantang arus.

Fuad Baradja kembali berdakwah agar perokok kembali ke jalan yang benar. Menantang arus.
Fuad Baradja kembali berdakwah agar perokok kembali ke jalan yang benar. Menantang arus.

Sebagaimana pernah saya tulis di sini mengenai buku pertama Fuad, kali ini pria yang ngetop lewat sinetron ‘Jin dan Jun’ ini kembali berbagi kumpulan kegelisahannya. Diberi judul ‘Two Thumbs Up’, buku ini menjadi semacam motivasi dan apresiasi positif bagi mereka yang bertahan untuk tidak merokok, serta dua jempol –duplikasi simbol yang biasa digunakan di Facebook sebagai tanda suka atas sebuah posting- bagi perokok yang berusaha keras berhenti merokok.

Dalam beberapa posting FB (bisa sama ya inisialnya, Facebook dan Fuad Baradja) Fuad membandingkan kondisi merokok di negara kita dengan di luar negeri. Di Singapura, dikisahkannya, pemerintah mengumumkan larangan merokok di tempat umum akan diperluas untuk meningkatkan perlindungan kepada masyarakat dari bahaya menjadi perokok pasif. Dendanya mencapai 1.000 dolar Singapura atau sekitart Rp 8 juta rupiah bagi mereka yang tak mengindahkan larangan itu dan telah mendapat peringatan. Sementara itu, Selandia Baru, bersiap menjadi negara pertama bebas rokok di dunia dengan meningkatkan cukai rokok secara bertahap tapi signifikan. Kebijakan itu membuat harga rokok meningkat tajam hingga 100 dolar NZ (hampir Rp 1 juta) per bungkusnya.

Di Australia, pemerintah mewajibkan industri rokok untuk membuat kemasan polos tanpa desain grafis menarik dan mencantumkan merek rokoknya kecil saja di bagian depan kemasan. Adapun Brunei Darussalam mengumumkan regulasi baru yang mengharuskan industri rokok mencantumkan graphic health warning atau peringatan kesehatan dalam bentuk gambar sebesar 75% dari luas bidang bungkus rokok di kedua sisinya.  Ini merupakan proporsi peringatan terbesar di dunia.

Saya juga pernah berbagi di sini, bagaimana sebuah mal di Hawaii memasang iklan layanan masyarakat agar anak mudanya berhenti merokok di dekat toilet pusat perbelanjaan itu. Itulah contoh pemerintah negara lain, bagaimana Indonesia?

Kabar gembira dari Ahok

Iklan layanan di mal di Hawai. Cegah anak muda kecanduan rokok.
Iklan layanan di mal di Hawai. Cegah anak muda kecanduan rokok.

Setidaknya ada berita baik dari Jakarta. Koran Tempo 25 Januari 2015 menulis judul ‘DKI Larang Pemasangan Reklame Rokok’. Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2015 diteken Basuki Tjahaja Purnama pada 7 Januari 2015 menolak pengajuan pemasangan reklame rokok baru. Secara bertahap, pengajuan perpanjangan izin reklame lama akan ditolak. “Kami tak mau ada banyak reklame rokok di Jakarta,” kata Ahok, sapaan akrabnya. Pendapatan dari iklan rokok memang sangat tinggi, tapi pemerintah DKI yakin bisa mengalihkan target pendapatan dari sumber lain, seperti pajak bumi bangunan, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak kendaraan bermotor.

Negeri ini memerlukan banyak orang seperti Fuad Baradja dan juga Ahok. Berani mengambil resiko dibenci demi kemaslahatan orang banyak. Sepertis saya tulis dalam komentar di halaman depan buku ini –terimakasih sudah mendapat kehormatan memberi kata komentar, “Tak mudah menemukan orang seperti Bang Fyad yang konsisten dalam perjuangan melawan kekuatan industri rokok. Perjuangan melawan raksasa, melawan aneka rupa penyesatan, seperti yang dilakukan industri rokok dengan embel-embel mild atau light untuk menyamarkan produk mematikannya. Jasa Bang Fuad akan dikenang abadi bak ikan yang berani melawan arus sungai, karena hanya ikan hiduplah yang berani menentang arus.”

Two thumbs up!

Leave a Reply

Your email address will not be published.