Lewat buku #Passion2Performance, Rene Suhardono membuktikan betapa passion sangat berpengaruh terhada kinerja karyawan.

Saya merasa mendapat sebuah kehormatan sekaligus kebanggaan, bisa hadir dalam peluncuran buku ketiga Rene Suhardono Canoneo, carreer coach yang mengirim email dengan sapaan langsung berisi undangan launching #Passion2Performance.
Di lantai dua sebuah kafe di kawasan Kebayoran Baru, Rene membuka acara persis seperti halaman awal salah satu sisi buku itu. Kata bijak dari Kuntoro Mangkusubroto yang mencuplik pidato 27 tahun silam, saat Kuntoro hadir kali pertama sebagai Dirut PT Batubara Bukit Asam.
“Kita bekerja bukan sekadar mencari makan. Bukan semata urusan perut. Kita bekerja bukan seperti ayam notol di sana-sini sepanjang hari tiada henti. Kita, manusia, bekerja untuk menggapai cita-cita dilandasi nilai yang kita pegangi kukuh. Kita bekerja untuk memberi makna bagi hidup yang singkat ini. Apabila hidup hanya diisi dengan bekerja untuk mencari makan, apalah kita ini; kita tak ubahnya seperti ayam,” kata Kuntoro -juga hadir di peluncuran #Passion2Performance- yang di karirnya kemudian dikenal sebagai Direkrut PLN, Menteri Pertambangan dan Energi, Kepala BRR Aceh-Nias hingga Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.
Buku ini mencoba membuktikan lewat riset ilmiah, mengapa selalu ada perbedaan kinerja dua orang sarhana yang sama dengan nilai kelulusan sama. Mengapa selalu ada individu yag memiliki kinerja dan kontribusi lebih baik dibandingkan rata-rata anggota organisasi? Benarkah jawabannya ada pada kata ‘Passion’ semata?
Dikemas dalam dua sisi, sisi pertama buku terbitan Kompas ini bertuliskan ‘Passion without Creation is Nothing’, sementara sisi baliknya tertera ‘Performace without Passion is Meaningless’. Rene menggarisbawahi, salah satu faktor pembeda untuk kinerja luar biasa adalah derajat kebebasan yang diberikan kepada high performer dari atasan mereka untuk bisa mengelola pekerjaan. Singkatnya, “Creativity is locked when there is no freedom”.
Buku menarik

Baru beberapa menit membaca buku ini di kantor sekembali dari launching, setidaknya lima kolega tertarik melihat kemasan dan cara penyajian #Passion2Performance. Warnanya yang ngejreng, halaman dalam yang penuh gambar, grafis serta tulisan-tulisan out of the box.
“Wah, Kompas bisa juga ya menerbitkan buku berbahasa asing”, “O.. ini Rene yang nulis di Kompas tiap hari Sabtu”, “Bukunya tak membosankan”, dan lain-lain. Tentu di luar kritikan Handry Satrigo, sahabat Rene yang CEO General Electric Indonesia, bahwa “Huruf dalam buku ini fontnya terlalu kecil. Kasihan pembaca tua.”
Intinya tetap saja, bekerjalah dengan passion. Passion yang benar, dengan kreativitas, serta ‘precision’ yang jelas. Agung Adiprasetyo CEO Kompas Gramedia Group yang mengawali karirnya sebagai tukang stempel lunas iklan Kompas berkata, “Bekerja dengan passion seperti memasukkan nyawa dalam tubuh kita. Dengan passion, orang akan mencapai produktivitas dan performance optimalnya. Bekerja hanya untuk uang atau bekerja untuk sekadar bekerja, tak akan mencapai hasil optimal.”
Seperti salah satu coretan besar menembus dua halaman buku ini, itulah makna yang ingin disampaikan: Kerja Tanpa Passion = Kerja Tanpa Karya. Tapi passion saja tidak cukup. Ia ibarat benih, tak bisa dimakan sebelum dipupuk dan bertumbuh, sehingga orang lain dapat menikmatiya saat benih itu benar-benar menjadi buah.
Sudahkah Anda ber-passion untuk yang Anda lakukan sekarang? Dan sudahkah passion itu menjadikanya sebagai performance, bukan mewujud dalam angka, namun lebih dari itu, memberi impact, dampak yang kuat bagi sekitar Anda?