Pertikaian memalukan di luar arena sepakbola. Korban dan pelaku sudah diketahui identitasnya.
Sepekan sudah sejak dua klub kaya beradu di pertemuan pertama babak enam belas besar Liga Champions. Paris Saint Germain berbagi satu gol dengan tamunya, Chelsea di Stadion Parc des Princes. Masih ada seminggu lagi jelang laga kedua di London, tapi sisi lain dari partai di Paris itu masih terus dibicarakan. Tentang ulah segerombolan pendukung Chelsea yang bertindak rasis di kanal stasiun bawah tanah.
Stasiun Richelieu-Drouot Metro, sebagaimana stasiun kereta api lain di Paris, bentuknya menyerupai labirin tanpa akhir yang mungkin bisa menghubungkan seluruh kota dari bawah tanah. Salah satu gerbong kereta penuh sesak penumpang, termasuk away supporter Chelsea yang jauh-jauh menyeberangi English Channel demi menyaksikan Diego Costa dan kawan-kawan memperjuangkan satu tiket ke babak delapan besar Liga Champions. Lalu, seorang pria lokal mencoba masuk gerbong di detik-detik akhir pintu akan ditutup. Tak disangka, para turis bola dari London itu malah mendorong sang pria lokal, dalam insiden yang terulang hingga dua kali. Dalam rekaman video, diperoleh harian Inggris the Guardian dari seorang ekspatriat asal Inggris bernama Paul Nolan yang merekamnya di peron menggunakan kamera ponsel, fans Chelsea tak hanya menyingkirkan lelaki berkulit hitam ini, mereka pun bernyanyi puas, “We’re racist, we’re racist, and that’s the way we like it…”

Korban rasisme itu bernama Souleymane, warganegara Perancis keturunan Mauritania yang lahir di Paris. Ia mengaku tidak tahu apa yang diucapkan orang-orang yang mendorongnya, namun, dia tahu bahwa dia diperlakukan demikian karena warna kulitnya. “Orang-orang ini, para fans dari Inggris ini, harus ditemukan dan dihukum. Mereka mesti dipenjara,” katanya kepada harian Prancis, Le Parisien.
Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) tak berwenang mengambil tindakan. “Karena itu terjadi di luar stadion, hal itu berada di luar wewenang UEFA,” sebut pernyataan resmi UEFA. Meski demikian, asosiasi tersebut akan mendukung Chelsea apabila klub asal London itu memberlakukan larangan kepada beberapa pemegang tiket musiman yang terbukti melakukan tindakan rasis.
Identitas suporter

Dalam era di mana teknologi informasi menjadi sahabat manusia seperti saat ini, tak susah melacak identitas pelaku sebuah tindak kejahatan. Lewat tayangan video yang diperbesar, terlihat tiga pendukung rasis Chelsea. Manajer Chelsea Jose Mourinho menyatakan rasa malu atas ulah segelintir penyokongnya. “Chelsea melakukan segalanya (untuk menghapuskan persoalan rasialisme) semenjak menit pertama,” kata Mou.
Manajemen Chelsea mengundang Souleymane untuk datang ke markas The Blues dan menjadi tamu istimewa pada pertemuan kedua Chelsea melawan PSG. “Saya berharap dia mau datang atas undangan kami, agar dia nanti mengetahui bagaimana reaksi suporter Chelsea yang ikut sedih atas kejadian yang menimpa dirinya,” kata Mourinho.
Dalam wawancara khusus dengan Guardian, Souleymane tak habis pikir saat seorang pendukung Chelsea menegaskan bahwa kereta itu hanya untuk orang kulit putih. “We are in 2015 and we are talking about white skin and black skin. I do not know why,” keluh Soule didampingi pengacaranya.
Soule merasa penting kejadian itu divideokan, karena ia merasa bukan dirinya seorang yang menjadi korban rasisme di dunia ini. Jika memungkinkan, ia ingin mengenal pria yang mengambil footage itu, siapa namanya, dan siapa pula nama keluarganya. Ia ingin mengucapkan terimakasih nan amat tulus.
“Saya mewakili penduduk dunia. Tindakan rasis seperti ini harus dihentikan, karena kita manusia punya darah yang sama: merah,” katanya. Soule mengapresiasi undangan Mourinho tapi tak bersedia hadir di Stamford Bridge. “I appreciate Mr Mourinho’s invitation, but I can’t get my head around being in a stadium at the moment” katanya pada Le Parisien.
Pendukung dan manajemen Chelsea harus malu atas ulah pendukungnya yang bak hidup di era barbar. Mereka harus berkaca dan membayangkan, bagaimana seandainya pria yang didorong keluar dari pintu kereta itu ternyata Didier Drogba, Ramires, John Obi Mikel, Jamal Blackman, Demba Ba, Claude Makalele. Romelu Lukaku, Nicolas Anelka, Daniel Sturridge, Michael Essien, Victor Moses, Shaun Wright-Phillips atau Ashley Cole.