Keahlian seorang public relations bisa diukur dari bagaimana kemampuan dia menangani krisis.
Kamis (26/2) petang pekan lalu, dunia media sosial heboh karena cuitan dari akun bernama @OfficialLionAir, yang memiliki lebih dari 2.500 pengikut. Dalam kicauannya, akun bergambar maskapai berlogo singa tersebut menuliskan, “Tweeps dalam penerbangan kalian pilih mana? Kena delay atau ngga pernah sampai?” Dalam hitungan sekon, reaksi netizen bermunculan mengkritik dan bahkan memaki cuitan itu. Mantan anggota DPR dan pengamat penerbangan @alvinlie21 berkomentar, “Tdk pernah terbayang akan ada airlines ngetwit & berargumen sprti ini. Speechless.”
Butuh waktu sehari, sampai kemudian muncul berita Lion Air menyatakan bantahannya. Bahkan, maskapai penerbangan ini berniat membawa kasus kicauan akun @OfficialLionAir ke ranah hukum. Meski begitu, Lion Air terlebih dahulu menunggu hasil investigasi internal terkait akun tersebut. “Pasti akan ada investigasi. Ada kemungkinan juga kita ajukan gugatan hukum,” ujar Manajer Humas Lion Air Andy M Saladin seperti dikutip Kompas.com (27/2/2015).
Lion Air juga memastikan tidak memiliki akun Twitter. Konfirmasi ini memastikan perihal akun Twitter @OfficialLionAir yang ramai diperbincangkan di media sosial. “Lion Air tidak mengeluarkan sosmed Twitter, trims,” kata Direktur Operasional Lion Air Daniel Putut. Pernyataan yang unik, nyaris sama seperti omongan Sekretaris Kabinet bahwa Presiden Joko Widodo tak memiliki akun twitter. Padahal, dalam rame-rame munculnya twit ‘bermasalah’ itu, ada netizen yang berargumen bahwa akun resmi Lion Air yakni @LionAirID (terakhir ngetwit 1 Oktober 2014 dengan 54 ribu followers) atau @LionAirIndo (terakhir bercuit Juli 2014 dengan 11.400 pengikut).
Donat bermasalah
Dunkin Donuts merupakan salah satu sponsor resmi klub sepakbola legendaries Inggris Liverpool FC. Tetapi karena terlalu kreatif membuat logo tematik yang mirip dengan logo Liverpool FC, Dunkin Donuts dituntut untuk meminta maaf kepada fans Liverpool FC.
Dunkin, perusahaan donat asal Amerika Serikat, membayar jutaan poundsterling saat menjalin kerjasama sejak Januari 2014 demi mendapatkan predikat “penyedia kopi, teh, dan bakery kami” dari Liverpool. Mereka membuat masalah besar saat baru-baru ini menampilkan gelas kopi di puncak logo yang mirip gerbang Shankly Gates di stadion Anfield. Selain itu, kalimat khas Liverpool “You’ll never walk alone” diganti dengan they slogan: “America runs on Dunkin”.
Yang lebih kurangajar, Dunkin mengganti nyala api abadi, yang ditambahkan ke logo resmi Liverpool menyusul penghormatan terhadap 96 nyawa korban tragedi Hillsborough dengan dua gelas milkshake. Hasil ‘modifikasi’ logo itu kemudian dimunculkan dalam twitter –yang belakangan dihapus- berbunyi: “Love the LFC crest? Tweet us what you’d want on your personal crest and we might surprise you with your own!”
Atas ulah tak etisnya, akhirnya Dunkin meminta maaf. Bunyi permintaan maaf Dunkin Donuts yang dimuat di Liverpool Echo selengkapnya berbunyi:
“We apologise for any insensitivity regarding our tweet supporting an LFC-themed promotion featuring the LFC crest, as a proud partner of LFC, we did not intend any offence, particularly to the club’s supporters. We have removed the tweet and halted the campaign immediately.”
Dua buah pelajaran PR-ing berharga. Bagaimana saat krisis muncul dan mempermalukan perusahaan –terlepas datangnya dari internal atau eksternal- serta yang terpenting, bagaimana meng-handling krisis itu dengan smooth.