Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Awas, Jangan Terlalu Memberi Panggung Narasumber!

Mewawacarai narasumber di sebuah aksi tentu sebuah hal yang patut diapresiasi. Tapi, jangan terlalu terpesona dan membiarkan panggung direbut oleh sang tamu.

Untuk pengumpulan take home test Ujian Akhir Semester mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara, empat sekawan Febryanto, Wilton Antonius, Ryan Giovanni dan Reza Sugiarto turun langsung di tengah peserta aksi Hari Buruh 2015.

Meski potongan-potongannya agak kasar, video pengantar mereka lumayan menimbulkan daya tarik untuk menonton. Lalu muncullah Wilton, tampil dengan dandanan dasi keren di Studio TV UMN. Tapi, unik benar. Wilton memberikan lead tentang aksi pekerja media yang menyuarakan tuntutan mereka, sambil menanti informasi lebih jelas dari Reza di lapangan.

Namun, jegeeer…., saat kamera beralih ke Reza, ternyata ia tak membawakan topik tentang ‘jurnalis juga buruh’, dan bagaimana buruh pekerja media menyuarakan kegelisahannya di tengah kencangnya kapitalisasi. Reza muncul bersama seorang aktivis Serikat Pemuda Jakarta yang membawa sebuah boneka di tengah unjuk rasanya. Missleading, antara lead presenter dengan aksi reporternya.

Okelah, lupakan masalah pertama itu. Masalah fatal selanjutnya, muncul saat ‘televisi’ ini terlalu memberi ruang terhadap pengunjuk rasa, yang mencaci-maki presiden dan menunjuk Jokowi sebagai pemimpin boneka. Seharusnya, dalam konteks live, reporter lebih waspada, tak usah terlalu memberi ruang pada narasumber yang terlalu semangat, dan berapi-api menjatuhkan pemerintah secara kasar.

Bahwa narasumber merupakan korban penggusuran, itu merupakan fakta juga. Eksplorasi saja soal penggusuran itu, tapi tak usah memberi banyak kesempatan mereka lebih mengutuki pemerintah. Bagaimana mungkin bisa disebut intelektual, kalua membedakan negara ‘adidaya’ dan ‘budidaya’ saja tak bisa.

Pesan moralnya: hati-hati memilih narasumber. Saat sudah terlanjur ‘live’ dengan narasumber yang ternyata ‘berbahaya di layar’, segera ambil keputusan secara cepat. Termasuk saat narasumbernya ekselen sekalipun, jangan terkesan terpesona, sehingga melongo, dan membiarkan sang ‘tamu’ stealing the show dengan terus melahap durasi yang ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published.